Daftar Isi:
  • Status sekretor didefinisikan sebagai individu yang dapat mensekresikan antigen ABH pada cairan tubuh termasuk saliva. Sedangkan golongan non sekretor didefinisikan sebagai individu yang menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali antigen ABH pada cairan tubuhnya. Pemeriksaan saliva sebaiknya dilakukan segera setelah pengambilan sampel agar diperoleh hasil yang optimal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemeriksaan saliva, yaitu pengambilan sampel dan waktu penyimpanan sampel. Spesimen saliva jika disimpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan komponen saliva terurai, terjadi denaturasi protein maupun enzim, dan terjadi pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer status sekretor dan ada tidaknya perbedaan titer status sekretor pada spesimen saliva yang diperiksa segera dengan saliva yang diperiksa setelah penyimpanan selama 2 jam pada suhu 2-80C. Metodologi dari penelitian ini menggunakan 30 sampel saliva sekretorik yang terdiri dari 13 orang bergolongan darah A, 14 orang bergolongan darah B dan 3 orang bergolongan darah AB. Pemeriksaan status sekretor dilakukan dengan metode Aglutinasi Inhibisi. Dari ketigapuluh data pemeriksaan status sekretor menunjukkan hasil, yaitu 14 sampel (46,67%) stabil dan 16 sampel (53,33%) tidak stabil. Didapatkan rata-rata titer status sekretor pada spesimen saliva yang diperiksa segera yaitu 32 dan rata-rata titer status sekretor pada spesimen saliva yang diperiksa setelah penyimpanan selama 2 jam pada suhu 2-80C yaitu 19,33. Kemudian dilakukan uji statistik menggunakan uji One Sample T-Test dan didapatkan nilai signifikansi (p) yaitu 0.000 (<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara titer status sekretor pada spesimen saliva yang diperiksa segera dengan saliva yang diperiksa setelah penyimpanan selama 2 jam pada suhu 2-80C.