Daftar Isi:
  • Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Pada tahun 2017 kasus penyakit filariasis di Indonesia terdapat 12.667 kasus yang tersebar di 34 provinsi, kasus tertinggi di Papua 3.047 kasus dan terendah di Kalimantan Utara 11 kasus.Vektor dari penyakit filariasis diantaranya nyamuk Culex sp. Untuk menurunkan penyakit filariasis perlu adanya pengendalian vektor. Banyaknya masalah yang di timbulkan oleh insektisida kimia menjadi dasar pemikiran penulis untuk menggunakan Insektisida nabati seperti ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap jumlah kematian larva Culex sp.Ekstrak Daun Babadotan mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, yang dapat dijadikan sebagai insektisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berbagai konsentrasi ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L). Jenis penelitian ini adalah eksperimen, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, data yang dikumpulkan berupa pengukuran suhu dan kelembaban ruangan, pengukuran suhu dan pH air, jumlah kematian larva nyamuk. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara univariat untuk mengetahui data bedistribusi normal atau tidak,dan analisis bivariat menggunakan Uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian diperoleh jumlah kematian dan persentase kematian larva nyamuk Culex sp pada konsentrasi 1% sebanyak 16 ekor (64%), pada konsentrasi 2% sebanyak 22 (88%), pada konsentrasi 3% sebanyak 23 ekor (92%). Hasil analisis bivariat uji Kruskal-Wallis diperoleh hasil p < α (0,000 < 0,05).Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan berbagai konsentrasi ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap kematian larva nyamuk Culex sp. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengendalian vektor khususnya larva nyamuk Culex sp yang dapat menggunakan insektisida nabati dari ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzodies L).