Daftar Isi:
  • Angka kejadian merokok dikalangan remaja semakin meningkat 34,2% tahun 2007, 36,3% tahun 2013 dengan 64,9% laki–laki dan 2,1% perempuan (Riskesdas, 2013). Masalah kesehatan tertinggi remaja kota Bandung adalah masalah merokok (63%) dibandingkan masalah kesehatan lain (BKKBN). Dalam tahap perkembangannya remaja sangat rentan terhadap pengaruh dari dalam dirinya maupun dari luar. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor resiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku tidak sehat seperti merokok, selain lingkungan yang lebih penting juga adalah sikap remaja sendiri kareana sikap merupakan kesiapan, kesediaan, kecenderungan untuk bertindak dan berpersepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan sikap remaja dalam kebiasaan merokok di SMP Bina Dharma Kiaracondong 2017. Jenis penelitian deskriptif, populasi 485 siswa, sample 90 responden, teknik sampling menggunakan proportionate stratified random sampling, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan skala likert, teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket, analisa data menggunakan analisa univariat dilanjutkan dengan analisa run test. Hasil analisa run test menunjukan bahwa keenam faktor yang mempengaruhi sikap tersebut memiliki nilai p > 0,05 yang berarti kecenderungan sikap remaja dalam kebiasaan merokok diakibatkan oleh faktor pengalaman, faktor orang yang dianggap penting, faktor rokok sudah dianggap budaya, faktor media massa, faktor lembaga pendidikan dan faktor emosional. Faktor emosional memiliki p value paling tinggi yaitu 0,242 maka dapat disimpulkan remaja cenderung miliki sikap mendukung kebiasaan merokok paling banyak diakibatkan oleh faktor emosional remaja itu sendiri. Disarankan kepada SMP Bina Dharma untuk bekerjasama dengan puskesmas melakukan pembinaan emosional siswa terkait dengan kebiasaan merokok