Konstruksi Sosial Toleransi Keberagamaan dalam Pelestarian Budaya Multikultural di Pesarean Gunung Kawi

Main Author: Angga Setiawan; MAHASISWA
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: SKRIPSI Prodi Pendidikan IPS - Fakultas Ilmu Sosial UM , 2018
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Pend-IPS/article/view/68080
Daftar Isi:
  • ABSTRAK Indonesia memiliki keragaman seni, agama, bahasa serta tradisi budaya lokal dengan karakteristik yang unik dan berbeda, sebagai bentuk adaptasi atas keragaman tersebut masyarakat Indonesia mengembangkan toleransi. Penting sekali memahami toleransi karena dengan bertoleransi maka dapat melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa, mendukung dan menyukseskan pembangunan, serta menghilangkan kesenjangan. Berperilaku toleran secara tidak langsung juga dapat melestarikan dan menjaga beragam budaya lokal Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konstruksi sosial budaya toleransi keberagamaan di Pesarean Gunung Kawi; (2) Bagaimana konstruksi sosial masyarakat dalam memaknai toleransi keberagamaan di Pesarean Gunung Kawi; (3). Bagaimana konstruksi sosial masyarakat dalam menjaga toleransi keberagamaan di Pesarean Gunung Kawi.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Lokasi penelitian berada di Pesarean Gunung Kawi. Sumber data terbagi atas sumber data primer dan sekunder, dengan informan informan kunci dan informan pendukung. Prosedur pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses analisis data menggunakan teknik analisis model Miles dan Hubermen yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Peneliti dalam mendapatkan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Tahap-tahap penelitian meliputi tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pelaporan.Hasil dari penelitian ini: (1) Kondisi Desa Wonosari terdiri dari beragam agama yang di anut oleh masyarakatnya, agama yang dianut diantaranya Islam, Kristen, Khong Hu Cu, Hindu, dan Budha. Agama yang pertama kali masuk ke Desa Wonosari adalah agama Islam. Sedangkan agama Kristen masuk pada tahun 1965 pada saat peristiwa G30S/PKI, sedangkan pemeluk agama Khong Hu Cu, Hindu, dan Budha tidak banyak jumlahnya karena mayoritas pemeluknya adalah pendatang yang menikah dengan penduduk setempat; (2) Masyarakat Desa Wonosari memaknai toleransi sebagai suatu sikap bagaimana bisa saling menghargai satu sama lain tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing; (3) Pada proses menjaga toleransi dilakukan oleh pemerintah dan juga masyarakat. Pemerintah setempat gencar melakukan sosialisasi, yang dilakukan pada acara-acara informal seperti saat rapat RT, rapat RW, dan tahlil warga. Pemerintah dan warga juga memiliki acara khusus yang diselenggarakan untuk menjaga toleransi, yaitu gebyar ritual 1 suro. Saran bagi peneliti selanjutnya: (1) Menggali toleransi yang muncul dari dampak sosial ekonomi adanya Pesarean Gunung Kawi; (2) Meneliti dampak acara gebyar ritual 1 Suro terhadap tingkat toleransi masyarakat.