Respon Korea Selatan terhadp air defense identification zone (adiz)nrepublik rakyat Tiongkok di laut Tiongkok Timur periode 2013-2014

Main Author: Nuruljanah, Desica
Format: Bachelors
Terbitan: 2015
Daftar Isi:
  • Air Defense Identification Zone (ADIZ) di Laut Tiongkok Timur yang dibentuk oleh Republik Rakyat Tiongkok menimbulkan respon dari Korea Selatan. ADIZ-Tiongkok di Laut Tiongkok Timur telah tumpang tindih dengan Air Defense Identification Zone (ADIZ) milik Korea Selatan di bagian barat daya Pulau Jeju dan melampaui wilayah udara dari perairan Ieodo yang diklaim sebagai milik Korea Selatan. Korea Selatan tidak mengakui ADIZ-Tiongkok di Laut Tiongkok Timur dan memutuskan untuk memperluas peta ADIZ-Korea Selatan (Korean Air Defense Identification Zone) sebagai salah satu respon terhadap ADIZ-Tiongkok di Laut Tiongkok Timur. Korea Selatan juga mendesak maskapai penerbangan sipilnya untuk tidak mematuhi ADIZTiongkok di Laut Tiongkok Timur. Selain itu, pesawat militer Korea Selatan sempat memasuki wilayah udara dari ADIZ-Tiongkok untuk latihan militer tanpa melakukan izin atau mengkonfirmasikan penerbangan kepada Pemerintah Beijing. Korea Selatan memberikan respon yang berbeda setelah beberapa hari diumumkannya perluasan peta ADIZ-Korea Selatan. Pemerintah Seoul mengizinkan maskapai penerbangan sipilnya untuk mematuhi ADIZ-Tiongkok di Laut Tiongkok Timur dan tidak meningkatkan kontrol militer di wilayah udara, khususnya di Ieodo dan bagian barat daya Pulau Jeju. Setelah Korea Selatan memperluas peta ADIZ, hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan Tiongkok tetap berjalan dengan baik. Respon Korea Selatan dan keberlanjutan hubungan diplomatik Tiongkok berbeda dengan negara-negara tetangga yang terkena dampak dari ADIZ-Tiongkok, seperti: Jepang dan Taiwan. Peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa pertimbangan Korea Selatan dalam merespon ADIZ-Tiongkok di Laut Tiongkok Timur. Primary interest dan general interest menjadi landasan kebijakan luar negeri Korea Selatan. Kebijakan luar negeri tersebut dipengaruhi oleh faktor internal: economic development, history dan faktor eksternal: great power structure, technology. Konsep tersebut digunakan oleh peneliti dalam menganalisis pertimbangan Korea Selatan dengan menggunakan metode kualitatif. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa Korea Selatan memerlukan peran Tiongkok sebagai great power untuk menghadapi beberapa isu penting. Beberapa isu penting, seperti: ancaman Jepang, denuklirisasi Semenanjung Korea dan hubungan ekonomi dengan Tiongkok menjadi fokus utama Korea Selatan. Ini tidak lepas dari kemampuan yang dimiliki Tiongkok secara ekonomi, militer dan teknologi yang tinggi.