Hubungan ketuban pecah dini dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir

Main Authors: Wulandari, Venda, Winardi, Tjahjanegara
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://libprint.trisakti.ac.id/646/1/2017_TA_KD_03013198.pdf
http://libprint.trisakti.ac.id/646/
Daftar Isi:
  • LATAR BELAKANG Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup, yang berarti terdapat 440 bayi yang meninggal setiap harinya. 33,6% dari kematian tersebut disebabkan karena kejadian asfiksia, yang menempati urutan kedua penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia setelah berat lahir rendah (35%). Faktor risiko asfiksia neonatorum dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, ataupun postpartum. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu faktor risiko intrapartum dari kejadian asfiksia, karena persalinan KPD meningkatkan risiko terjadinya korioamnionitis yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir. Insiden KPD di Indonesia berkisar antara 4,5 sampai 7,6% dari seluruh kehamilan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan adakah hubungan antara ketuban pecah dini dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. METODE Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan potong lintang yang mengikutsertakan 140 bayi baru lahir dengan asfiksia di RS X Jakarta Timur pada bulan Januari – Desember 2015. Pengumpulan data menggunakan rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Fisher’s Exact menggunakan program SPSS versi 22. HASIL Uji Fisher’s Exact menunjukkan terdapat hubungan antara ketuban pecah dini dan kejadian asfiksia (p = 0,007). Responden yang terlahir melalui persalinan KPD mempunyai kecenderungan untuk mengalami asfiksia saat dilahirkan. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS X Jakarta Timur.