Daftar Isi:
  • Tesis ini memberikan perspektif lain dalam konteks komunikasi politik melalui kesenian Benjang, kesenian asli kecamatan Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat. Melalui kesederhanaan dan tradisi yang telah mengakar sejak abad ke 18, kesenian Benjang mampu menjelma menjadi salah satu media komunikasi politik yang efektif bagi para kandidat pemimpin daerah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat saat kampanye pilkada. Salah satu kandidat pemimpin daerah yang menggunakan kesenian Benjang saat kampanye Pilwakot Bandung tahun 2013 silam di Ujung Berung adalah Pasangan Walikota dan Wakil Walikota MQ Iswara dan Asep Deddy Ruyadi. Kesenian Benjang menawarkan kesempatan bagi pasangan calon pemimpin daerah ini untuk melakukan komunikasi politik, karena kemudahan benjang dalam mengumpulkan massa dlaam jumlah banyak. Saat massa terkumpul karena benjang itulah, kedua pasangan calon pemimpin ini memamparkan visi dan misi mereka melalui terkait kota Bandung lima tahun ke depan. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif. Pendekatan kualitatif interpretif ini diarahkan pada latar gejala secara holistik (utuh menyeluruh ) dan alamiah. Kesenian Benjang dalam konteks komunikasi politik dikaitkan budaya sebagai alat komunikasi politik. Dalam konteks komunikasi politik, terlebih dahulu Benjang tersebut sudah mengakar dan disukai masyarakat. Kelebihan kesenian Benjang dibandingkan dengan kesenian lain adalah daya tarik sehingga mudah mengumpulan massa dalam jumlah banyak. Hal tersebut menjadikan Kesenian Benjang dijadikan alat komunikasi politik utuk mempertemukan antara masyarakat dan calon kepala daerah dalam pemilihan Kepala Daerah.