Kadar Karbon Bambu Parring (Gigantochloa atter)Berdasarkan Analisis Komponen Kimia
Main Authors: | Sanusi, Djamal, Baharuddin, Putranto, Beta |
---|---|
Format: | Article |
Terbitan: |
LP2M UNHAS
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9749 |
Daftar Isi:
- ????????????Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi bambu dan kemampuan hutan bambu menyerap karbon, membuat model pendugaan biomassa dan serapan CO2 tegakan bambu, serta menganalisis pola pengelolaan hutan bambu dalam optimalisasi pemanfaatan bambu. Metode yang digunakan adalah Interpretasi citra ALOS dan inventarisasi tegakan bamun untuk memperoleh luas hutan dan potemsi bambu. Penentuan biomassa dilakukan dengan metode destruktif dan pengukuran diameter dan tinggi untuk membuat model penduga biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegakan hutan hanya merupakan kelompok-kelompok kecil atau berupa jalur pada daerah konservasi tanah dan juga sebagai pagar lahan milik masyarakat di lokasi Cenrana, sedangkan lahan bambu yang kompak dalam suatu kelompok yang luas di temui di lokasi Tanralili. Luas areal hutan bambu rakyat sebanyak kurang lebih 2.315 ha, dengan penyebaran luas terendah 0.03 ha atau 300 m2 dan terluas 384.51 ha. Potensi bambu di Tanralili diperoleh 9.766 batang per ha dengan penyebaran berdasarkan umur 1 tahun 2835 batang per ha, 3196 batang per ha, dan 3735 batang per ha, jumlah rumpun 323 per ha dan jumlah 32 batang perumpun. sedangkan di lokasi Cenrana diperoleh 15.252 batang per ha dengan penyebaran berdasarkan umur 1 tahun 3.544 batang per ha, 2 tahun 4915 batang per ha, dan dan 3 tahun 6794 batang per ha, dengan jumlah rumpun 349 per ha dan jumlah batang 49 perumpun. Rumus penduga biomassa lokasi Tanralili dengan persamaan : = 15,008 + 5,977 ln(D) - 0,211 [ln(D)]3, merupakan persamaan yang paling baik. Sedangkan lokasi Cenrana dengan persamaan : = 9,47 + 2,510 ln(D). Biomassa untuk lokasi Tanralili diperoleh sebesar 57.9 ton per ha, sedangkan untuk lokasi Cenrana diperoleh sebesar 105.3 ton per ha. Kandungan karbon bambu berdasarkan analisis komponen kimia diperoleh 49.17 % sedangkan untuk metode karbonisasi diperoleh 49.08 %. Cadangan karbon berdasarkan metode karbonisasi diperoleh 28.42 ton per ha untuk lokasi Tanralili, sedangkan untuk lokasi Cenrana 51.70 ton per ha. Cadangan karbon berdasarkan analisis komponen kimia sebesar 28.46 ton per ha untuk lokasi Tanralili, dan 51.77 ton per ha untuk lokasi Cenrana.