SOLIDARITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL OUT KARYA NATSUO KIRINO: TINJAUAN FEMINISME

Main Author: Yunita El Risman, S.S., M.A
Format: Book
Terbitan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jendral Soedirman Purwokerto , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/26065
Daftar Isi:
  • Tema feminisme dalam karya Natsuo Kirino memperlihatkan perjuangan perempuan untuk keluar dari penindasan, diskriminatif, serta kekerasan terhadap perempuan. Simone de Beauvoir dengan konsep-konsepnya dan Natsuo Kirino di dalam novel Out sama-sama mengusung konsep tentang perjuangan perempuan dalam kungkungan dunia patriarkal. Natsuo Kirino dalam novel Out menghadirkan tokoh-tokoh perempuan sebagai wadah untuk menyampaikan pengalaman hidup perempuan yang mengalami keterpurukan sebagai objek dalam manifestasi ketidakadilan gender. Kondisi ketertindasan perempuan, telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam menginspirasi dan memotivasi gerakan-gerakan pembebasan perempuan. Penyadaran akan hak-hak perempuan memberi ruang penemuan kembali makna perempuan yang membawa pada solidaritas perempuan. Solidaritas perempuan dalam Out berdasarkan pada tiga faktor. Pertama, para perempuan mempunyai kesamaan latar belakang, sama-sama mengalami masalah di dalam rumah tangga. Kedua, adanya komunikasi yang memungkinkan mereka dapat mengetahui keinginan dan harapan untuk berjuang bersama, para perempuan tersebut bekerja di tempat yang sama. Ketiga adanya relasi sebagai sahabat yang solider dan melekat pada perempuan. Perempuan yang digambarkan dalam Out menunjukkan kesadaran akan kebutuhan perlindungan, rasa aman, dan nyaman bergabung dengan sesama perempuan karena memiliki masalah yang sama dan saling peduli akibat kondisi yang dialami. Solidaritas dan kesadaran yang tercipta pada perempuan menjadi begitu kuat pada saat melakukan perlawanan dari ancaman yang diterima yaitu ancaman ketidakbebasan. Ketika para perempuan berkumpul dan memiliki solidaritas merupakan salah satu sisi positif karena dapat melindungi keberadaannya, meski tidak sama dengan norma yang berlaku pada masyarakat normal. Pada akhimya, solidaritas mereka bersifat sementara atau istilah solidaritas perempuan dalam Out lebih mengacu kepada kepentingan semata. Pada sisi lain, solidaritas dalam Oat merupakan penegasan bahwa mereka hidup dalam situasi penderitaan sehingga dalam situasi normal ikatannya sama sebagai saudara. Wajah solidaritas yang digambarkan oleh Natsuo Kirino adalah penderitaan yang memieu perasaan solidaritas. Solidaritas pada dasamya menuntut komitmen kebebasan (freedom) dan keadilan (justice). Perempuan yang berada dalam penderitaan, atau berada dalam ketidakbebasan karena budaya patriarki seringkali menganggap perempuan tidak penting atau bahkan diremehkan. Keputusan yang dipilih perempuan dalam Out adalah perempuan-perempuan harus bekerja sama. Objektivikasi yang dialami oleh perempuan juga ikut dirasakan oleh perempuan lain yang menuntutnya untuk mengambil sikap tegas. Sikap tegas merupakan pilihan atas situasi yang dialaminya. Dalam situasi teijepit dan tidak berdaya temyata mampu memunculkan perempuan sebagai sosok yang lain. Solidaritas sebagai kesadaran para perempuan untuk bersatu, berkelompok, dan melawan lasa takut akibat belenggu patriarki Pada akhimya, solidaritas perempuan bisa menjadi sebuah gerakan positif seperti saling memberi, saling membeia, dan saling menolong antar sesama dalam kelompok. Solidaritas juga bisa berubah menjadi liar menjadi semu gerakan yang destruktif dan amat menghancurkan, sehingga menimbulkan stereotip dari masyarakat. Tindakan tersebut dipahami sebagai bentuk penegasan identitas diri untuk memperoleh kebebasan sebagai subjek. Solidaritas dalam bentuk kriminalitas merupakan sebuah pergulatan besar yang harus dijalani para perempuan dalam Out, di mana tidak ada lagi cara lain yang bisa membebaskan mereka dari situasi yang tertindas, yang pada akhimya membawa mereka tergabung dalam kelompok yang membangkitkan rasa kebersamaan dan kesetiaan. Walaupun pada dasamya konflik yang dihadapi oleh masing-masing perempuan tersebut berbeda dan mereka sepenuhnya tidak memiliki loyalitas tunggal dalam siiatu kelompok tertentu. Semakin kuat nilai-nilai yang berlaku pada perempuan, akan semakin kuat ikatan pertemanan mereka. Solidaritas membuat mereka mampu menghadapi berbagai masalah, ancaman, dan gangguan yang terjadi.
  • This research is started from the emergence of the problem that is the difference of solidarity in the novel Out. Women no longer a passive figure, waiting, and becomes the object to satisfy men. In this case, the researcher attempt to uncover how the solidarity that exists among women, goals or aspects that want to fight for, and unravel the complexity of solidarity among women. This study uses feminist theory developed by Simone de Beauviour. The complexity of solidarity in Out will be seen when using the concept of Simone de Beauviour about feminism and subject-object relations (the others), women in the solidarity group consisting of solidarity as the strength, solidarity as false, and ethical praxis-liberation. In the novel Out Natsuo Kirino apparent desire express feelings, thoughts, and problems of women in his time are still very relevant today. Women are agents reasoned that his pride in the ability to determine their own destiny. At the end of solidarity in the form of crime is a major struggle that must be waged by women in the novel Out, where there is no other way that can liberate them from the situation of the oppressed. Solidarity makes them able to face various problems, threats, and disturbance.