PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEMPEL GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

Main Author: Sundari, Afnia
Format: Thesis NonPeerReviewed application/pdf
Terbitan: , 2010
Subjects:
Online Access: http://eprints.uns.ac.id/2912/1/174790601201110001.pdf
http://eprints.uns.ac.id/2912/
Daftar Isi:
  • Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus terdiri dari empat aspek keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (2008:1) bahwa setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya seseorang melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa produktif. Melalui keduanya kita dapat menyampaikan ide dan gagasan kepada orang lain. Kegiatan ini sebagai kegiatan produktif, yaitu mengolah kembali informasi yang diperoleh untuk disampaikan kembali kepada penerima informasi. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah harus lebih ditingkatkan lagi. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi (PT). Pembelajaran dilakukan mulai dari taraf sekolah dasar yang merupakan tingkat awal pembentukan keterampilan berbahasa seseorang. Hal tersebut disebabkan pembelajaran keterampilan berbahasa di SD sebagai dasar pembelajaran di sekolah tingkat lanjut. Selain itu, supaya peserta didik mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen dari keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Oleh sebab itu, kegiatan menulis adalah keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar untuk dikuasai dibanding dengan keterampilan yang lainnya. Penuangan ide dan gagasan yang berupa tulisan harus memperhatikan kaidah tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang benar. Namun pembelajaran menulis kurang mendapat perhatian khusus, padahal kegiatan ini bagian dari aspek kemampuan berbahasa. Dengan menulis, seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peristiwa, dan benda kepada orang lain. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu diajarkan di sekolah dasar dengan tepat. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pengajaran menulis tidak dilakukan secara benar. Salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat dengan berbagai teknologi canggih, seperti media cetak, media elektronik, dan berbagai hiburan lainnya yang telah menggusur kegiatan menulis. Hal tersebut disebabkan oleh sikap orang tua yang sibuk bekerja dan kurang memperhatikan anak-anaknya . Keadaan ini menyebabkan anak-anak lebih sering menonton televisi sehingga anak-anak sulit mengembangkan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara dan menulis. Keadaan demikian menyebabkan akan menurunkan daya bernalar mereka dan menghambat perkembangan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Salah satunya adalah keterampilan menulis yang tidak berkembang karena siswa terbiasa hanya dengan menyimak dan melihat cerita yang telah disuguhkan dalam tayangan televisi. Uraian di atas menggambarkan bahwa kegiatan menulis belum berjalan maksimal. Padahal, pembelajaran menulis bertujuan untuk mewujudkan siswa untuk memiliki keterampilan menulis yang memadai. Tujuan pembelajaran tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti metode pembelajaran, kemampuan guru dalam mengajar, kondisi siswa, suasana belajar, bahan belajar, motivasi belajar, minat belajar, dan media atau alat bantu belajar. Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai hasil yang memadai. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV di SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo diperoleh fakta bahwa masih terdapat siswa yang kemampuan menulis di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan para siswa mengalami kesulitan menuangkan ide ketika mendapat tugas dari guru untuk membuat tulisan atau sejenisnya. Pada umumnya mereka mengalami kesulitan dalam menentukan tema, menyusun kalimat, kurang menguasai kaidah bahasa, dan sebagainya. Kesulitan seperti inilah yang dihadapi para siswa sehingga menyebabkan mereka tidak bisa menyampaikan ide dan gagasan dengan baik, bahkan mereka menjadi enggan untuk menulis. Hal ini tidak terlepas dari peran guru sebagai penyampai materi pelajaran. Pembelajaran keterampilan menulis yang selama ini disampaikan oleh guru hanya berorientasi pada penyampaian teori dan pengetahuan bahasa, sedang proses pembelajaran keterampilan menulis seringkali diabaikan oleh guru. Pembelajaran demikian meyebabkan siswa jenuh dan bosan. Rendahnya kemampuan menulis narasi siswa kelas IV di SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia terutama keterampilan menulis masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan para siswa sering mengeluh ketika diberi tugas untuk menulis narasi. Akibatnya, kemampuan menulis anak hanya sekitar 35% siswa yang menulis dengan baik sisanya hanya mengerjakan asal-asalan saja. Jadi, nilai sebagian siswa masih tergolong rendah dari nilai rata-rata yang harus dicapai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya mengarang adalah 65. Kedua, waktu pembelajaran kurang efektif. Hal ini disebabkan banyak siswa yang masih bingung dengan ide yang akan dituangkan dalam tulisan mereka. Di sisi lain, siswa sibuk bertanya dengan teman sebelah atau di belakangnya. Dengan demikian banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk berpikir, maka siswa tidak akan menyelesaikan tulisan mereka dengan sempurna. Guru tidak akan mengambil resiko untuk mengulang kegiatan menulis pada pertemuan selanjutnya karena beliau juga dituntut harus menyelesaikan materi lain yang tentunya juga penting. Ketiga, metode ceramah yang digunakan guru tidak mampu merangsang siswa dengan mudah untuk menerima materi yang diajarkan. Pada kenyataanya kedua permasalahan di atas berhubungan erat dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar. Metode yang kurang inovatif menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menulis narasi. Setelah menyampaikan materi siswa langsung ditugasi menulis narasi, namun siswa masih bingung menuangkan ide dalam tulisan narasi. Kesulitan ini menyebabkan rendahnya kualitas tulisan siswa baik pada aspek isi maupun kebahasaan. Hal ini dapat mematikan kreativitas mereka dalam mengungkapkan ide. Padahal, kreativitas ini sangat diperlukan dalam kegiatan menulis narasi. Pembelajaran yang membosankan ini tidak membuat siswa merasa senang sehingga tidak dapat menghasilkan ideide yang kreatif dan imajinatif untuk merangkai sebuah cerita dalam menulis narasi. Dari beberapa kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran di atas berdampak pada kualitas proses dan hasil pembelajaran yang kurang maksimal sehingga keterampilan menulis narasi siswa tidak maksimal. Selain itu, ada pula hal lain yang mendorong penelitian ini, yakni kemungkinan pada saat di Sekolah Dasar materi yang diajarkan kurang tentang jenis-jenis paragraf. Hal ini membuat siswa tampak bingung ketika diminta menulis narasi atau deskripsi karena pemahaman mereka tentang jenis-jenis paragraf masih kurang. Padahal, pembelajaran menulis dapat memberikan manfaat untuk melatih siswa bernalar menggunakan bahasanya. Karena keterampilan menulis adalah keterampilan produktif, maka menuntut kemampuan anak untuk mengungkapkan imajinasi, ide, dan perasaan dengan bahasa yang tepat Berdasarkan beberapa permasalahan di atas pada dasarnya masalah timbul dikarenakan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis narasi kurang memadai. Oleh sebab itu, melalui usaha memodifikasi metode pembelajaran yang inovatif oleh guru dalam pembelajaran menulis dapat memotivasi siswa dan mengefektifkan waktu. Selain itu, proses pembelajaran juga berjalan dengan baik, sehingga permasalahan seperti penuangan ide yang macet dapat teratasi. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang didalamnya mengutamakan kerja kelompok akan tetapi tanggung jawab individu tetap dikembangkan di dalamnya. Jadi, di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari dua sampai dengan lima (Anita Lie, 2005: 56). Dengan metode kooperatif yang digunakan dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat menambah kreativitas guru dalam penggunaan metode inovatif. Pemilihan metode ini diharapkan dapat menarik minat dan memudahkan siswa dalam menuangkan ide sehingga kemampuan menulis narasi siswa meningkatkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas juga memperbaiki kualitas proses dan hasil pembe-lajaran keterampilan menulis narasi dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010”.