ARCHAIC LEXICON MASTERY OF AMBON MALAY LANGUAGE AMONG YOUTH IN THE CITY OF AMBON

Main Author: erniati, Erniati
Format: Article info application/pdf Journal
Bahasa: ind
Terbitan: Kantor Bahasa Maluku Utara , 2019
Online Access: http://gramatika.kemdikbud.go.id/index.php/gramatika/article/view/180
http://gramatika.kemdikbud.go.id/index.php/gramatika/article/view/180/116
Daftar Isi:
  • The condition of the regional languages ​​in Maluku is currently diminishing in speakers. This happened because of the causative relationship with the attitudes and choices of speakers about the language and the existence of Ambonese Malay. Ambon Malay Language is the language of instruction in interethnic informal communication in Maluku. Ambon Malay language as a factor formed by a long process of assimilation over a long period of time is undeniably absorbing most of the vocabulary from Portuguese, Dutch, and local languages. In its development, various external factors such as language attitudes, language interests, preferences, and inheritance of language registers in various levels were alleged to have caused a kind of 'archaism' or 'aging' process towards certain vocabulary, especially vocabulary originating from or influenced by European languages and regional languages. When the need to convey meaning in lexicons, phrases, and sentences in one language is not proportional to the mastery of the existing vocabulary, speakers tend to replace these elements with lexicons and phrases from languages ​​that are at a lower level or variety / informal. In the end, the use of lexicons and vocabulary from regional languages ​​or old languages ​​slowly began to be replaced by elements from more modern languages, or which occupy normative functions in communication by users of that language. This study is a type of experimental research using a quantitative approach. The purpose of this study is expected to be able to measure the mastery of archaic lexicons in the youth age group, namely in the microlinguistic level and identify mastery of archaic lexicons at the syntactic, semantic morphological level. The results showed that the mastery of the archaic lexicon in the two villages was in the poor category.
  • Kondisi bahasa-bahasa daerah di Maluku saat ini semakin berkurang penuturnya. Ini terjadi karena adanya hubungan kausatif dengan sikap dan pilihan penutur terhadap bahasa dan eksistensi bahasa Melayu Ambon. bahasa Melayu Ambon adalah bahasa pengantar dalam komunikasi informal antaretnis di Maluku. bahasa Melayu Ambon sebagai suatu anasir yang terbentuk akibat proses asimilasi yang panjang dalam kurun waktu lama tak dapat dipungkiri turut menyerap sebagian besar kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Belanda, serta bahasa-bahasa daerah setempat. Dalam perkembangannya, berbagai faktor eksternal seperti sikap bahasa, minat bahasa, preferensi, serta pewarisan register bahasa dalam berbagai tataran disinyalir telah menyebabkan semacam proses ‘arkaisme’ atau ‘penuaan’ terhadap kosakata tertentu, terutama kosakata yang berasal atau mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa Eropa dan bahasa daerah. Ketika kebutuhan menyampaikan makna dalam leksikon, frasa, dan kalimat dalam satu bahasa tidak sebanding dengan penguasaan kosakata yang ada, maka penutur cenderung menggantikan unsur-unsur tersebut dengan leksikon dan frasa dari bahasa yang berada pada tingkatan atau ragam yang lebih rendah/ informal. Pada akhirnya, penggunaan leksikon dan kosakata dari bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa tua perlahan-lahan mulai tergantikan oleh unsur-unsur dari bahasa yang lebih modern, atau yang menduduki fungsi normatif dalam komunikasi oleh pemakai bahasa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini diharapkan akan dapat mengukur penguasaan leksikon arkais pada kelompok usia pemuda yakni dalam tataran mikrolinguistik dan mengidentifikasi penguasaan leksikon arkais pada tataran morfologis sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan leksikon arkais kedua desa tersebut berada pada kategori kurang baik.