PEDAGOGIK CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA LAKI-LAKI CALON GURU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK
Main Authors: | Sarwah, Sarwah; Universitac Cokroaminoto Palopo, Ma'rufi, Ma'rufi; Universitac Cokroaminoto Palopo, Ilyas, Muhammad; Universitac Cokroaminoto Palopo |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Universitas Cokroaminoto Palopo
, 2019
|
Online Access: |
http://journal.uncp.ac.id/index.php/proximal/article/view/1454 http://journal.uncp.ac.id/index.php/proximal/article/view/1454/1268 |
Daftar Isi:
- Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil Pedagogical Content Knowledge (PCK) mahasiswa laki-laki calon guru berdasarkan kemampuan akademik, yaitu berkemampuan akademik tinggi dan sedang. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang dibantu dengan lembar observasi pembelajaran sebagai instrumen pendukung. Subjek penelitian terdiri dari dua orang mahasiswa pendidikan matematika semester VI tahun 2018/2019 yang terdiri dari 1 subjek berkemampuan akademik tinggi dan 1 subjek berkemampuan akademik sedang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan pembelajaran secara mendalam dan detal sesuai aspek PCK. Tahapan analisis data yaitu kategorisasi data, reduksi data, interpretasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) aspek pengetahuan materi, subjek tinggi memiliki kemampuan merefresentasikan masalah melalui gambar (visual), sedangkan subjek berkemampuan akademik sedang hanya menjelaskan masalah secara verbal. 2) aspek pedagogik, dalam hal membangun motivasi, subjek berkemampuan akademik sedang tidak melakukan sesuatu yang berbeda seperti halnya yang dilakukan oleh subjek tinggi yakni menggunakan media film sebagai pengantar dalam pembelajaran. 3) aspek pengetahuan siswa, subjek berkemampuan akademik tinggi dan sedang, mengatasi miskonsepsi siswa dengan cara menjelaskan prosedur, namun hal ini nampak berbeda dengan cara yang dilakukan oleh subjek tinggi. Selain menjelaskan prosedur, subjek tinggi juga selalu mendorong siswa untuk memaparkan alasan dari setiap prosedur yang mereka tunjukkan.