Diskursus Mengenai Tuhan Di Dalam dan Di Luar Metafisika (God Is Being and God Without Being)
Main Author: | Muzairi, Muzairi |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/ref/article/view/1869 http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/ref/article/view/1869/1420 |
Daftar Isi:
- “God” is often identified with “exist”. Theologians often identify “God” with essence, substance, or identity. The following illustrations provide interesting examples of theo- logical alignment and metaphysics. But the philosophical way of speaking about God is perceived to be inadequate. This paper would like to discuss the matter of God in the perspective of metaphysics and theology and its comparison with other anti-meta- physical opinions. What theology needs, according to Jean-Luc Marion, is ‘God with- out Being’. This phase does not mean that God is not to be, but that God must be freed from all the categories and conditions that bind the existence as we are, as human beings, we must be (to be) before we can do all our activities.[“Tuhan” yang seringkali diidentikkan dengan “ada”. Teolog kerap kali mengidentikkan “Tuhan” dengan esensi, substansi, atau identitas. Ilustrasi-ilustrasi berikut ini memberikan contoh menarik kesejajaran teologi dan metafisika. Namun cara filsafat berbicara mengenai Tuhan yang dirasa sudah tidak memadai. Tulisan ini ingin membicarakan masalah ketuhanan dalam perspektif metafisika dan teologi dan perbandingannya dengan pendapat-pendapat lain yang anti metafisika. Yang dibutuhkan teologi, menurut Jean-Luc Marion, adalah ‘Tuhan-tanpa-Ada’ (God without Being). Fase ini tidaklah berarti bahwa Tuhan tidak ada (to be), melainkan bahwa Tuhan harus dibebaskan dari segala kategori dan kondisi yang mengikat eksistensi sebagaimana kita alami sebagai manusia, kita harus ada (to be) dulu, baru dapat melakukan segala kegiatan kita.]