ANALISIS NILAI KOEFISIEN SATURATION FLOW DASAR (So) SIMPANG BERSINYAL TIPE T ( T- JUNCTION) ( Studi Kasus: Simpang Gegutu Dan Simpang Monjok, Kota Mataram)
Main Author: | ASIKIN, NURUL |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.unram.ac.id/2515/1/tugas%20akhir.pdf http://eprints.unram.ac.id/2515/ |
Daftar Isi:
- Persimpangan merupakan bagian dari jaringan transortasi yang merupakan titik rawan terjadinya kemacetan, tundaan dan kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari adanya konflik-konflik pergerakan arus lalu lintas pada simpang. Adanya ketidak tertiban lalu lintas seperti kendaraan yang berhenti di sembarang tempat dan aktifitas perparkiran disekitar persimpangan telah menyebabkan menurunya kecepatan kendaraan yang lepas dari garis henti serta berkurangnya nilai arus jenuh pada simpang tersebut. Terdapat beberapa metode dalam menganalisa simpang bersinyal antara lain metode USHCM 1994 (Amerika), SIDRA (Inggris), Knosimo (Jepang) dan IHCM 1997 (Indonesia). Dari semua metode tersebut Indonesia menggunakan metode IHCM’97 yang digunakan untuk menganalisa simpang bersinyal. Perumusan nilai saturation flow dasar adalah dengan rumusan So = 500 we (USHCM 1994), ada pula So = 525 we (Webster/Inggris), sedangkan Indonesia Highway Capasity Manual (IHCM’97) menggunakan So = 600 we Perbedaan nilai koefisien saturation flow dasar berpengaruh pada besarnya nilai derajat kejenuhan (DS) yang akan mempengaruhi penentuan tingkat pelayanan lalu lintas, untuk Simpang Monjok nilai derajat kejenuhan (DS) metode IHCM’97 sebesar 0,46 dengan tingkat pelayanan C. Untuk Simpang Gegutu nilai derajat kejenuhan (DS) metode IHCM’97 sebesar 0,68 dengan tingkat pelayanan D, sedangkan berdasarkan nilai koefisien saturation flow dasar hasil lapangan untuk Simpang Monjok nilai derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,88 dengan tingkat pelayanan E, untuk Simpang Gegutu nilai derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,74 dengan tingkat pelayanan D.