ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI BESAR DI KECAMATAN SIKUR KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Main Author: Silvia, Devi Kharisma Putri
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://eprints.unram.ac.id/16198/1/SKRIPSI%20SILVIA%20DEVI%20KHARISMA%20PUTRI_C1G016217_ANALISIS%20RISIKO%20PRODUKSI%20CABAI%20BESAR%20DI%20KEC.%20SIKUR%20K.pdf
http://eprints.unram.ac.id/16198/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui produktivitas pada usahatani cabai besar; (2) menganalisis risiko produksi pada usahatani cabai besar; (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi pada usahatani cabai besar; dan (4) menentukan rekomendasi penanganan risiko produksi pada usahatani cabai besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penentuan daerah sampel dilakukan dengan metode puposive sampling. Jumlah responden ditentukan secara quota sampling sebanyak 40 orang petani cabai. Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) Rata-rata produksi cabai besar adalah 12.245 kg/ha; (2) Risiko produksi cabai besar tergolong tinggi dengan nilai koefisien variasi (KV) sebesar 0,51; (3) Faktor-faktor yang meningkatkan risiko produksi positif atau opportunity yaitu pupuk kandang, zat pengatur tumbuh, dan intensitas pengairan. Sedangkan bibit, pupuk kimia, dan intensitas serangan HPT merupakan faktor-faktor yang menurunkan risiko produksi positif atau opportunity. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko produksi negatif yaitu pupuk kimia, intensitas pengairan, dan intensitas serangan HPT. Sedangkan bibit, pupuk kandang, dan zat pengatur tumbuh merupakan faktor-faktor yang menurunkan risiko produksi negatif. Rekomendasi penanganan risiko produksi untuk meningkatkan risiko produksi positif (opportunity) yaitu dengan mengurangi jumlah penggunaan bibit, pupuk kimia, meningkatkan jumlah penggunaan pupuk kandang, zat pengatur tumbuh, intensitas pengairan, dan melakukan pengendalian HPT dengan baik. Sedangkan rekomendasi untuk mengurangi risiko produksi negatif yaitu dengan meningkatkan jumlah penggunaan bibit, pupuk kandang, zat pengatur tumbuh, mengurangi jumlah penggunaan pupuk kimia, intensitas pengairan, dan melakukan pengendalian HPT dengan baik.