ANALISIS INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI BERDASARKAN DEBIT ALIRAN SUNGAI BELIMBING KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Main Author: Maulida, Audina Wulandani
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://eprints.unram.ac.id/15754/1/TUGAS%20AKHIR%20MAULIDA%20AUDINA%20WULANDANI%20%28F1A015079%29.pdf
http://eprints.unram.ac.id/15754/
Daftar Isi:
  • Berubahnya iklim dunia dan lahan hijau yang semakin sedikit menyebabkan kekeringan semakin rawan terjadi sehingga berakibat buruk pada tanaman padi. Berbagai permasalahan di bidang pertanian berpengaruh besar terhadap ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat. Permasalahan utama yang ditemui adalah terkait dengan ketersediaan air baik itu debitnya ataupun dalam hal pendistribusian. Kondisi ini berdampak pada perubahan masa tanam dan pola tanam, serta kualitas dan kuantitas panen yang semakin menurun. Jika menilik pada masalah pertanian saat ini. Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi penting untuk diperhatikan. DAS Belimbing merupakan salah satu DAS yang berada di Lombok Timur, meskipun kondisi hutan di daerah hulu masih cukup terawat namun kekeringan tak bisa dihindari. Kondisi DAS ini tergolong dalam kondisi kritis dan itu berpengaruh besar terhadap debit aliran Sungai Belimbing. Penelitian ini mengkaji indeks kekeringan hidrologi di sungai dan membandingkannya dengan kebutuhan air irigasi untuk mengetahui korelasinya dengan luas sawah terkena kekeringan. Lokasi penelitian ini adalah Sungai Belimbing, Kabupaten Lombok Timur. Hasil penelitian menunjukkan IKH tertinggi terjadi di tahun 2009 mencapai -0.135 dengan defisit sebesar -0.21 m3 /det. Peristiwa kekeringan Sungai Belimbing mengalami defisit rata-rata - 0.095 m3/det. Defisit maksimum sebesar -0.65 m3/det dengan nilai IKH mencapai -0.101 yang terjadi pada tahun 2015 dan defisit minimum terjadi pada tahun 2011 sebesar -0.02 m3/det dengan nilai IKH -0.01. Durasi kekeringan dalam 15 tahun rata-rata selama 90 hari. Lahan irigasi yang terdampak kekeringan terparah terjadi pada tahun 2006 yaitu 1250 Ha atau sekitar 52% dari luas lahan baku dengan indeks kekeringan terbesar -0.117.