Makna catur guru bagi masyarakat Suku Tengger sebagai upaya pencegahan pernikahan usia muda (perspektif fenomenologi) / Alfyananda Kurnia Putra
Main Author: | Putra, Alfyananda Kurnia |
---|---|
Other Authors: | 1. Sumarmi ; 2. Singgih Susilo |
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Geografi
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://mulok.library.um.ac.id/oaipmh/../home.php?s_data=Skripsi&s_field=0&mod=b&cat=3&id=82760 |
Daftar Isi:
- ABSTRAKPutra, Alfyananda Kurnia. Makna Catur Guru Bagi Masyarakat Suku Tengger Sebagai Upaya Pencegahan Pernikahan Usia Muda. Tesis, Magister Pendidikan Geografi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. (II) Dr. Singgih Susilo, M.S., M.Si.Kata Kunci: Catur Guru, Pernikahan dini, Suku Tengger. Pernikahan diusia muda merupakan fenomena yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia, baik di masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan dalam kasus pernikahan diusia muda. Salah satu yang diyakini oleh Suku Tengger dalam ajaran Hindu yakni konsep Catur Guru. Konsep Catur Guru merupakan empat guru yang harus dihormati di dalam mencari kesucian serta keutamaan hidup. Empat bagian catur guru tersebut adalah Guru Swadyaya, Guru Rupaka, Guru Pengajian, Guru Wisesa. Konsep Catur Guru memiliki keterkaitan dengan adat pernikahan Suku Tengger. Tingginya persentase prevalensi pernikahan diusia muda di Kabupaten Probolinggo tidak terjadi dilokasi penelitianTujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep Catur Guru bagi Suku Tengger di Desa Ngadisari dalam mengatasi pernikahan dini. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dengan mengoptimalkan peran sosial budaya yang dimiliki oleh dimasyarakat.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz. Lokasi penelitian berada di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Sumber data utama dalam penelitian ini yakni kata-kata dan tindakan, untuk sumber data pendukung berupa hasil wawancara mendalam, observasi umum dan partisipasi serta dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan analisis primary interpretation dan secondary interpretation serta model interaktif. keabsahan data menggunakan credibily, transferability, dependability, dan confrimability Hasil penelitian menunjukan Suku Tengger Ngadisari memiliki cara untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda melalui konsep Catur Guru atau empat guru kehidupan. (1) Guru Swadyaya atau Tuhan, sebagai suku yang memegang ajaran tuhan dan adat dari para leluhur. Secara adat, pernikahan banyak proses adat yang harus dilewati, mulai dari perhitungan garis keturuan, penentuan hari dan pendaftaran antrean menikah sesuai kalender Tengger, karena dalam satu bulan hanya boleh melakukan 4 resepsi pernikahan. (2) Guru Wisesa atau pemerintah, Suku Tengger sangat menghargai dan menghomati. Kepala Desa Ngadisari membuat aturan tidak boleh menikah sebelum lulus SMA. (3) Guru Rupaka atau orangtua, memiliki peran sebagai media pembelajaran untuk anak agar tidak menikah di usia muda, dan (4) Guru Pengajian atau guru di sekolah, memiliki peran sebagai pembuka wawasan anak-anak Suku Tengger tentang dampak pernikahan dini.Saran dari peneliti terhadap intansi terkait dalam perumusan kebijakan pendewasaan usia perkawinan dan pencegahan perkawinan usia muda harus melibatkan semua unsur pemerintahan mulai dari atas hingga RT dan RW. Selain itu dalam perumusan kebijakan lebih melibatkan aspek sosial budaya seperti yang sudah dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger melalui konsep Catur Guru. ABSTRACTPutra, Alfyananda Kurnia. Meaning of Catur Guru for Tengger Tribe as Prevention Effort of Early Marriage. Thesis, Geography Education Department, Post Graduate Program. State University of Malang. Advisor: (I) Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. (II) Dr. Singgih Susilo, M.S., M.Si.Keywords : Catur Guru, Early Marriage, Tengger Tribe.Early marriage is a phenomenon which many occur in Indonesian society, both in rural and urban society. Women become the most disadvantaged in an early marriage. One of which believed by Tngger Tribe in Hindu teachings is Catur Guru consept. Catur Guru is four teachers who must be respected in search of holiness and virtue of life. Four parts of Catur Guru is Guru Swadhaya, Guru Rupaka, Guru Pengajian, Guru Wisesa. Catur Guru consept has a relationship with the marriage customs in Tengger Tribe. The high prevalence percentage of early marriage in Probolinggo district did not occur at the research location. This research purposes to knowing Catur Guru consept for Tengger Tribe in Ngadisari Village to resolve the early marriage. From this research expected to provide solutions with optimize the socio-cultural roles in society.This research type is qualitative research with Alfred Schutz phenomenological approach. The research location is located at Ngadisari Village Sukapura district Probolinggo. The primary data source in this research is words and actions, and supporting data of deep interview results, general observation and participation and documentation. Data analyse using primary interpretation analyse and interactive model. Data validity using credibily, transferability, dependability and confrimability.The research result show that Ngadisari Tengger Tribe have a way to prevent the early marriage with Catur Guru consept or four teachers if life. (1) Guru Swadyaya or God, as a tribe who holds tge teachings of god and customs from ancestors. Customarily, marriage have many processes custom which must be bypassed, start from the calculation in line of descent, determining the day, married queue registration according to Tengger calendar, because in one month only allowed 4 marriage reception. (2)Guru Wisesa or government, Tengger Tribe very appreciate and respectf. The Ngadisari Headman make a rule not to married before graduated from Senior High School. (3)Guru Rupaka or parent, have a role as learning media for children to not married in an early age, and (4)Guru Pengajian or teachers at school, have a role as insight opener of Tengger Tribe child about the effect of early marriage.The researcher's suggestion for related agencies in policy formulation of maturity the age marriage and prevention the early marriage must involving all elements of government start at the top until RT and RW. Other than that in the policy formulation more involving the socio-cultural aspect like as already do by Tengger Tribe society with Catur Guru consept.