Kualitas pencahayaan alami di gedung perkuliahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dengan daylight factor / Fuji Astutik

Main Author: Astutik, Fuji
Other Authors: 1. Apif Miftahul Hajji; 2. Antelas Eka Winahyo
Format: PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan , 2016
Subjects:
Online Access: http://mulok.library.um.ac.id/oaipmh/../home.php?s_data=Skripsi&s_field=0&mod=b&cat=3&id=74804
Daftar Isi:
  • ABSTRAKAstutik, Fuji. 2016. Kualitas pencahayaan alami di gedung perkuliahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dengan Daylight Factor. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Apif M. Hajji, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D, (II) Drs. Antelas Eka Winahyo, M.Pd.Kata Kunci: pencahayaan alami, gedung perkuliahan, Daylight FactorBangunan adalah salah satu komponen yang menyerap energi terbesar karena sebagian besar aktivitas dalam suatu bangunan bergantung pada penggunaan energi, termasuk untuk pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan dapat diminimalisir dengan mengoptimalkan pencahayaan alami. Pencahayaan merupakan syarat mutlak dalam kegiatan belajar mengajar, tanpa cahaya kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan optimal. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas pencahayaan alami di gedung perkuliahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Aspek yang diteliti yaitu luas bukaan jendela, luas permukaan ruang, pantulan dinding, pantulan langit-langit, pantulan lantai, pantulan permukaan penghalang, jenis lokasi, jenis pekerjaan, jenis kaca dan posisi kaca.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Data penelitian berupa angka hasil perhitungan dengan Daylight Factor selanjutnya dideskripsikan berdasarkan SNI pencahayaan di ruang perkuliahan. Hasil perhitungan juga akan divalidasi dengan pengukuran Luxmeter.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa intensitas cahaya di 65 % ruang yang dihitung dengan Daylght Factor sudah memenuhi standar SNI. Ruangan yang sudah memenuhi standar pencahayaan alami rata-rata memiliki luas bukaan 27% dari luas lantai ruangan. Ruangan yang belum memenuhi standar disebabkan oleh luas bukaan yang minim dan adanya objek penghalang masuknya cahaya alami di sekitar bangunan. Orientasi bangunan dengan bukaan di utara dan selatan mampu memasukkan cahaya alami dengan baik tanpa menimbulkan efek silau. Ruangan bentuk persegi dengan bukaan pada satu sisi mampu memasukkan cahaya dengan optimal dibanding ruangan dengan bentuk persegi panjang dengan bukaan pada sisi pendek ruang. Berdasarkan perhitungan Daylight Factor yang paling baik pencahayaan alaminya adalah gedung G3 karena semua ruangan sudah memenuhi standar pencahayaan. Terdapat selisih hasil validasi metode DF dan Luxmeter. Pada pengkuran dengan DF, ruangan dengan bukaan lebih dari satu sisi memiliki selisih yang besar terhadap pengukuran dengan Luxmeter karena ruangan yang memiliki bukaan lebih dari satu sisi memiliki bidang cahaya efektif sendiri sedangkan pada pengukuran dengan Luxmeter cahaya yang diterima sensor cahaya bersumber dari berbagai sisi bukaan.