Epifani kepengarangan Ratna Indraswari Ibrahim / Susilo Mansurudin

Main Author: Mansurudin, Susilo
Other Authors: 1. Maryaeni ; 2. Djoko Saryono
Format: PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia , 2016
Subjects:
Online Access: http://mulok.library.um.ac.id/oaipmh/../home.php?s_data=Skripsi&s_field=0&mod=b&cat=3&id=73137
Daftar Isi:
  • ABSTRAKSusilo Mansurudin. Epifani Kepengarangan Ratna Indraswari Ibrahim. Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Maryaeni, M.Pd, (II) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd, (III) Dr. Yuni Pratiwi, M.Pd.Kata kunci: epifani, historisme baru dan kedifabelan, Epifani merupakan peristiwa besar (transformasi) dari seseorang (individu) yang memberikan pencerahan dalam perjalanan pemaknaan kehidupan. Penelitian mengenai epifani dengan memanfaatkan karya sastra dan kepengarangan Ratna Indraswari Ibrahim (RII) sebagai sumber kajian masih belum pernah dilakukan. Subfokus kajian disertasi dititikberatkan pada epifani mencakup beberapa hal: (a) epifani karya sastra RII, (b) epifani RII sebagai pengarang, dan (c) hubungan epifani karya sastra dan RII sebagai pengarang. Dalam disertasi ini digunakan rancangan epifani untuk membedah hubungan RII sebagai pengarang dan karya sastra sebagai titik tolak pergeseran paradigma kehidupan RII. Tahap pertama menelusuri RII sebagai pengarang Kajian kedua membedah karya sastra RII. Ketiga dilanjutkan kajian hubungan epifani RII sebagai pengarang dan epifani karya sastranya. Disertasi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan epifani. Sebagai pisau bedah guna mengungkap aspek-aspek yang dikaji dalam fokus digunakan strategi-strategi kritis Historisme Baru (HB). Data penelitian berupa teks yang dikumpulkan dari sumber data berupa antologi cerpen, novelet maupun novel RII. Di samping itu, data juga berasal dari hasil wawancara maupun dokumen-dokumen penting tentang RII sebagai pengarang.Ditemukan hasil analisis bahwa secara fisikal RII tidak mampu berbuat banyak, tetapi secara mental mampu menghasilkan sebuah karya yang sangat luar biasa: (a) bermanfaat bagi publik, (b) mampu menginspirasi, (c) mampu mengubah orang-orang sekitar menjadi lebih berdaya, dan (d) sebagian besar RII mengarang berdasarkan kisah nyata dari hasil cerita teman, sahabat, tamu, bahkan cerita mengenai kondisi dan keadaan RII. Epifani kepengarangan RII terdapat tiga hal utama, yakni (i) epifani kehumanisan, (ii) epifani kefeminisan, dan (iii) epifani kedifabelan. Hubungan epifani RII sebagai pengarang dan epifani karya sastra terletak pada kesadaran tentang kedifabelannya. Faktor kesadaran bahwa RII adalah difabel menyebabkan dirinya berjuang agar survive dalam menjalani kehidupan. Pada saat RII mengalami kelumpuhan, maka saat itulah menjadi titik tolak perubahan mendasar dalam kehidupannya, menjadi manusia humanis transendental, sastrawan sangat produktif, dan menjadi sastrawan. Hubungan epifani RII dengan karyanya berjalan linier dan sejajar sebagai tanda bahwa tulisan-tulisan RII merupakan rekaman atau memoar kehidupan dirinya secara pribadi di tengah hiruk pikuk fenomena yang ada. Ini membuktikan terjadinya hubungan sosiologis dan psikologis pengarang dan karya sastra sekaligus sastra sebagai cerminan sosial-masyarakat. Dibuktikan bahwa karya sastra RII merupakan representasi dari keadaan diri RII sebagai manusia humanis, feminis, dan difabel. Kedifabelan RII sebagai teks yang dikukuhan atas kajian Historisme Baru, yakni: (i) kehidupan sebagai manusia humanis merupakan hal yang dicita dan cintakan oleh RII baik sebagai manusia terhadap manusia lain, manusia dengan lingkungan serta manusia terhadap Tuhan. Cita-cita RII merupakan formulasi sebagai manusia yang humanis transendental, (ii) perlawanan RII terhadap ketidakadilan dilakukan secara tersirat dalam karya-karya sastranya. Gerakan yang utama RII sebagai feminis adalah menjadikan perempuan sebagai subjek yang utuh, dan (iii) semua manusia sama dan mempunyai potensi diri, baik sebagai difabel, disabel, dan manusia sempurna tak ada perlakuan istimewa dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran RII sebagai difabel merupakan titik tolak perubahan dan pergeseran kehidupannya (kulminasi epifani) menjadi manusia humanis dan feminis. Disarankan RII selayaknya masuk dalam sejarah sastrawan Indonesia dengan keunggulan karyanya sekaligus memasukkan ikon sastrawan Malang. RII menjadi kebanggaan sekaligus aset besar bagi kota Malang. Dijadikanya RII sebagai ikon kota Malang semakin kuat dan lengkap untuk memenuhi khasanah warisan kota Malang; baik kekayaan lahir maupun batin. Terbukti karya RII mampu mengangkat kompleksitas budaya dan kebermaknaan masyarakat Malang dalam Lemah Tanjung (2003) dan Pecinan Kota Malang (2008).