Dinamika industri kerajinan kendang jimbe di kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar tahun 1997-2014 / Wahyu Deni Setiawan
Main Author: | Setiawan, Wahyu Deni |
---|---|
Other Authors: | 1. Dewa Agung Gede Agung |
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas Negeri Malang. Program Studi Ilmu Sejarah
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://mulok.library.um.ac.id/oaipmh/../home.php?s_data=Skripsi&s_field=0&mod=b&cat=3&id=72736 |
Daftar Isi:
- ABSTRAKSetiawan, Wahyu Deni. 2015. Dinamika Industri Kerajinan Kendang Jimbe di Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar Tahun 1997-2014. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Drs. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum.Kata Kunci: dinamika, industri kerajinan, kendang jimbeKendang jimbe merupakan produk unggulan dari industri kerajinan bubut kayu di Kelurahan Tanggung. Kendang jimbe memiliki daerah pemasaran yang luas bila dibandingkan dengan produk lain, yaitu hingga menembus pasar internasional. Keberadaan industri kerajinan kendang jimbe di Kelurahan Tanggung menjadi alasan dicanangkannya Kelurahan Tanggung sebagai Kampung Wisata oleh Pemerintah Kota Blitar dan juga menjadi alasan didirikannya Paguyuban Pengrajin Bubut Kayu Kelurahan Tanggung. Dalam kurun waktu hampir lima puluh tahun terakhir Kota Blitar selalu dikenal dengan kotanya Bung Karno, namun selain itu Kota Blitar juga menyimpan potensi industri kerajinan bubut kayu dengan produk unggulan kendang jimbe. Berkaitan dengan hal itu, maka diperlukan pembahasan mengenai dinamika industri kerajinan kendang jimbe.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendiskripsikan beberapa hal, yaitu: pertama, sejarah awal munculnya industri kerajinan kendang jimbe. Kedua, dinamika industri kerajinan kendang jimbe di Kelurahan Tanggung tahun 1997-2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari langkah-langkah: pemilihan tema, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.Berdasarkan hasil pemaparan data, diperoleh dua kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini, yaitu: pertama, kendang jimbe pertama kali dibuat di Blitar pada tahun 1997 dengan alasan pesanan dari orang Lumajang yang bernama Bapak Sugianto, namun hanya sebagai contoh. Pengrajin yang pertama kali mendapatkan pesanan adalah Ibu Endang dan Bapak Dofir. Pada tahun 1998 kendang jimbe diproduksi dalam jumlah yang banyak karena telah memiliki akses pemasaran ke Bali.Kedua, dinamika industri kerajinan kendang jimbe dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu: pertama, tahun 1997-2001, industri kerajinan ini mengalami masa pasang karena kendang jimbe saat itu sedang booming, kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, dan harga kendang yang bagus sebagai dampak krisis ekonomi tahun 1997/1998. Kedua, tahun 2001-2008, industri kerajinan kendang jimbe mengalami masa surut yang dikarenakan tiga hal utama, yaitu: peristiwa bom Bali, karena saat itu Bali menjadi daerah pemasaran utama, perang harga di kalangan pengrajin, dan kelangkaan bahan baku kayu. Ketiga, tahun 2008-2014 awal, industri kerajinan kembali mengalami masa pasang, karena berkembangnya cara promosi dan distribusi pengrajin, selain itu bahan baku kayu kembali mudah didapatkan. Keempat, tahun 2014 hingga akhir 2014, industri kendang jimbe mengalami perkembangan yang pesat, karena tamu asing langsung berhubungan dengan pengrajin, meningkatnya cara distribusi pengrajin, dan kembali membaiknya harga kendang jimbe. Saran dari penelitian ini adalah agar mampu menjadi perangsang untuk penelitian selanjutnya dengan tema kendang jimbe. Peran kendang jimbe dalam perkembangan musik reggae merupakan salah satu tema yang bisa diteliti oleh peneliti selanjutnya.