PENYESUAIAN DIRI PADA WARIA ADJUSTED DI BALI

Main Authors: Puji Palupi, Agra Putri, Tobing, David Hizkia
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana , 2018
Online Access: https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/37129
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/37129/22492
Daftar Isi:
  • Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan jenis kelamin yang berbeda (pria dan wanita), namun dalam kenyataannya, kini telah banyak pria yang berdandan atau bergaya seperti seorang wanita. Seharusnya pria yang berdandan selayaknya seorang wanita akan merasa malu, namun pria-pria ini adalah tipe pria yang berbeda dari biasanya. Indonesia memiliki sebutan yang berbeda bagi pria-pria yang memiliki penampilan seperti wanita, yaitu waria atau “wanita pria”. Jumlah waria di wilayah Bali hingga tahun 2015 menurut LSM Gaya Dewata Bali mencapai 973 orang. Banyak masyarakat yang menganggap kaum waria adalah kaum yang melanggar kodrat sebagai manusia sehingga masyarakat cenderung memberi label buruk kepada kaum waria. Banyaknya diskriminasi yang diterima, kaum waria tetap berani menampilkan diri sesuai dengan keinginannya. Kaum waria yang berani “menampilkan diri” ditengah  masyarakat  pada siang atau bahkan malam hari disebut sebagai kaum waria yang adjusted dan yang membedakannya dengan waria yang lain adalah dari penyesuaian diri yang dilakukan. Kemampuan kaum waria yang adjusted dapat bertahan ditengah-tengah masyarakat tidak lepas dari proses penyesuaian diri yang menyertai. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui Bagaimana proses Penyesuaian Diri pada Waria Adjusted di Bali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang waria yang telah adjusted lebih dari tiga tahun. Penelitian ini menghasilkan tiga kategori temuan, yaitu kategori I: karakteristik partisipan secara umum, karakteristik II: proses penyesuaian diri (yang merupakan temuan utama dalam penelitian ini) dan kategori III: kondisi setelah menjadi waria adjusted.   Kata Kunci: waria adjusted, penyesuaian diri, Bali?
  • Essentially human beings are created by different gender (male and female), but in fact, it has now been many men who dress up or posing as a women. Supposedly men who dress like women will feel embarrassed, but these men are  a different kind of men than the normal. Indonesia has a different name for a man who has the appearance of  a woman, namely waria or “wanita pria” transsexual or "lady boy". The numbers of transsexual in Bali until 2015 according to the NGO of Gaya Dewata Bali reached 973 people. Many people who think of transsexual as people who violate nature as humans, so people tend to give bad image to them. Although they experience discrimination, transsexual still dare to show themselves as they wish. Transsexual who dare "to show themselves up" in the community during the day or even the night is referred to as adjusted transsexual and what distinguishes them from others is the self-adjustment. The ability of the adjusted transsexual to survive in the midst of the community can not be separated from the accompanying adjustment processes. Based on this, the researcher wanted to know how is the processes related to the the Self-Adjustment of the Adjusted Transsexual in Bali.  This study uses qualitative research with phenomenological approach. The number of participants in this study were four transsexual people who have been “adjusted” for more than three years. This research resulted in three categories of findings, namely category I: the characteristics of participants in general, characteristics II: the adjustment process (which was the main finding in this study) and category III: the condition after being the adjusted transsexual.    Keywords: adjusted transsexual, self-adjustment, Bali