Yang Tersisa di Kuta

Main Author: I Wayan, Setem, S.Sn., M.Sn
Format: Monograph NonPeerReviewed
Terbitan: ISI Denpasar , 2010
Subjects:
Online Access: http://download.isi-dps.ac.id/download/category/14-artikel-2?download=1159%3Ayang-tersisa-di-kuta&start=160
http://repo.isi-dps.ac.id/1381/
Daftar Isi:
  • Dalam era globalisasi, masyarakat mengalami benturan kebudayaan. ”Tabrakan” waktu kapitalisme dengan waktu khas agraris Bali terjadi sangat dashyat serta selalu terjadi dualisme antara keinginan untuk mempertahankan tradisi dan menerima modernisasi sebagai tuntutan zaman. Seperti di permulaan tahun-tahun 1990-an ketika mahasiswa, saya merasakan tidak begitu kuasa berhadapan dengan investasi global, ruang dan waktu tidak lagi menjadi bagian utuh penduduk Bali. Pada waktu itu aktivitas pembangunan yang tidak terkontrol dan pesatnya per-kembangan sektor pariwisata telah menyebabkan kerusakan lingkungan, penduduk luar datang membludak, sikap hedonis-materialistik berhadapan dengan nilai tradisi religius, dan ruang (mandala) sering dieksploitasi. Dengan demikian akan meng-undang berbagai masalah di segala bidang sehingga merusak tatanan sakral-profan, hulu-teben, serta perubahan ruang dan waktu. Di sisi lain, proses modernisasi yang didorong pula oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan-perubahan dalam sikap dan pandangan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan budaya sehingga dapat menimbulkan ”benturan-benturan” nilai terkait dengan kemampuan adaptasi. Ketegangan-ketegangan saya melihat tradisi Bali yang memberi penuntun dalam kuasa ruang dan waktu telah bergeser seiring dengan proses globalisasi sehingga saya harus mereinterpretasikan ruang (desa) dan waktu (kala) serta memanunggal-kannya sesuai dengan perubahan zamannya.