Manunggal
Main Author: | I Wayan, Setem, S.Sn., M.Sn |
---|---|
Format: | Monograph NonPeerReviewed |
Terbitan: |
ISI Denpasar
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://download.isi-dps.ac.id/download/category/14-artikel-2?download=1150%3Amanunggal&start=160 http://repo.isi-dps.ac.id/1368/ |
Daftar Isi:
- Kepercayaan masyarakat Bali bahwa dalam “peristiwa” hubungan seks atau persanggamaan adalah sebagai “bekel mati” (yang melekat sampai mati) sebagai per-tanda bahwa seksualitas dalam konsep Hindu sebagai simbol kemanunggalan purusa-pradana adalah kewajiban insan Tuhan. Dalam Hindu perjalanan hidup manusia untuk mencapai moksa melalui keseimbangan antara dharma (kebenaran), artha (kemakmuran) dan kama (kesenangan). Dengan tercapainya keseimbangan tersebut, maka tujuan akhir yakni moksa akan tercapai. “Bekel mati” berarti telah menjalankan unsur kama termasuk seks dengan benar, suci dan tulus. Secara simbolik puncak kenikmatan tertinggi (anandam) yang dicapai ketika Atman berhasil menyatukan dirinya dengan Paramaatman (Tuhan), sering dilukiskan sebagaimana nikmatnya orang yang mencapai puncak kenikmatan (orgasme) dalam sanggama. Karya ini merupakan hasil dari renungan misteri kemanunggalan dualisme pria-wanita. Saya memahaminya sebagai sari rasa tunggal atau sarira satunggal. Dengan demikian maka setiap orang asalkan benar dalam menerapkan persenggamaan, saat menanamkan jiwa dalam rahim istri tercinta dengan bukan atas kobaran nafsu birahi saja, tentu akan dikaruniai keturunan berkualitas (bibit unggul yang memiliki jiwa luhur). Namun jika terjadi penyalahgunaan seks, dimana sejak semula terjadi ”kama salah” tetes, bisa terlahir ”lost generation”, bagaikan Bathara Kala yang bersifat angkara murka, merusak harmoni kehidupan dunia.