Tradisi “peraq api” dalam tinjauan teologis-sosiologis: Kajian fenomenologi ritual pasca persalinan suku sasak di Lombok Tengah
Main Author: | Nuruddin, Nuruddin |
---|---|
Format: | BookSection PeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinmataram.ac.id/877/1/Prosiding%20APSSI-2018a.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/877/2/Proseding%20Tradisi%20Peraq%20Api.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/877/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk menggali sikap, status, pandangan teologis dan hukuman sosial masyarakat Sasak pada tradisi pasca melahirkan, kewajiban dan pantangan dalam mensosialisasikan tradisi. Hingga era miineal, status dan stratifikasi sosial masih terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi yang mencoba menjelaskan realitas kondisi masyarakat dalam menjalankan tradisi. Pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi dengan keluarga pelaksana tradisi sebagai instrumen utama. Hasil penelitian menggambarkan bahwa: (1) ritual peraq api wajib dilakukan oleh etnis Sasak setelah persalinan, (2) tradisi ini tidak membatasi status sosial masyarakat, baik yang kaya miskin. (3) tidak ada hukuman sosial yang disepakati untuk tradisi bagi masyarakat yang menjalankan tradisi sesuai kaedah yang biasa dilakukan, tetapi menjadi beban moral secara individual di masyarakat. (4) ritual ini juga dijadikan sebagai pemutus hubungan dan layanan antara "belian", ibu dan anak. Inilah yang mendorong prestise sosial keluarga dalam menjalankan tradisi meskipun secara finansial tidak memadai. Dalam pandangan Islam tidak bertentangan karena beberapa hal diantaranya; (1) motif orang tua bukan meyakini bahwa ritual menyebabkan terhindarnya anak dari gangguan roh jahat, melainkan tradisi ini hanya mediasi yang dipercayai sebagai jembatan kesyukuran kepada Allah SWT; (2) ritual secara umum tidak bermaksud mendatangkan makhluk halus atau melakukan kontak dengannya melainkan meyakini bahwa bahan-bahan di atas hanyalah simbol dari setiap harapan; (3) kepercayaan bukanlah keyakinan sehingga terhindar dari menduakan Allah SWT.