Gerakan dakwah kultural TGH. M. Najmuddin Makmun di Lombok
Main Authors: | Ahyar, Ahyar, Zaenuri, Lalu Ahmad |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinmataram.ac.id/848/1/1.%20Gerakan%20Dakwah%20Kultural%20%20%28al%20Qalam%29.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/848/2/1.%20Artikel%20%20alQalam-peer%20review.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/848/ http://jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/index http://dx.doi.org/10.31969/alq.v26i1.760 |
Daftar Isi:
- Indonesia: Tulisan ini mengkaji tentang dakwah kultural TGH. M. Najmuddin di Lombok. TGH. M. Najmuddin Makmun dikenal sebagai tokoh pendidik, tokoh tarekat dan telah melakukan restorasi kelembagaan dakwah di komunitas masyarakat Sasak. Dibuktikan dengan 300 majlis taklim dan lembaga pendidikan, (TK, MTs, SMP, MA, SMA, Tahassus). Penelitian ini dengan menggunakan kualitatif deskriptif dengan teknik wawacara mendalam, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Temuan menunjukkan bahwa keberhasilan dakwahnya disebabkan karena kekuatan dakwah kulturalnya yakni melalui pendekatan tradisi, hikayat atau mengungkap kilas balik perjalanan leluhur masyarakat Sasak dan mengkaji situs-situs sejarah. Sementara sufitiknya terlihat pada karya-karyanya Tanwir Qulub, Tazkir al-Ghaafilin, Tanbih al-Muslimin, Nurussabah, Menghidupkan Hati, dan Kisah Wali Nyato’ yang diajarkan dan dikembangkan di tengah-tengah masyarakat Sasak 40 tahun yang lalu. English: This paper examines the TGH. M. Najmuddin Makmun cultural da’wah. M. Najmuddin in Lombok. TGH. M. Najmuddin Makmun is known as a figure of educators, leaders of the tarekat and has carried out institutional restoration of da’wah in the Sasak community. Evidenced by 300 majlis taklim and educational institutions, (TK, MTs, SMP, MA, SMA, Tahassus). This research uses descriptive qualitative with in-depth interview techniques, observation and document utilization. The findings show that the success of his da'wah was caused the power of cultural da’wah, namely through the traditional, saga or approach reveal flashbacks of the Sasak ancestral journey and examine historical sites. While his Sufitik is seen in his works such as, Tanwir Qulub, Tazkir alGhaafilin, Tanbih al-Muslimin, Nurussabah, Menghidupkan Hati, and story Wali Nyato’ which was taught and developed in the midst of Sasak society 40 years ago.