Komunikasi sosial komunitas Adat Bayan Lombok Utara: studi etnografi model komunikasi tradisi menyilaq
Main Author: | Kadri, Kadri |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinmataram.ac.id/809/1/809.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/809/2/review%20JKI.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/809/ http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/158/150 https://doi.org/10.15642/jki.2018.8.2.275-294 |
Daftar Isi:
- INDONESIA Tulisan ini menganalisis model komunikasi sosial ritual menyilaq masyarakat adat Bayan di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. menggunakan etnografi komunikasi, studi ini menemukan bahwa tradisi menyilaq yang dilakukan Pebenkel kepada masyarakat adat Bayan menggunakan pola komunikasi atau sosialisasi top down pasif dan top down aktif. Keduanya merupakan perwujudan dari komunikasi efektif karena di dalamnya berlangsung personal contact dan terjadi immediate feedback di saat face to face communication terjadi, serta menjadi media komunikasi (silaturahim) langsung yang me- reka anggap sebagai bentuk penghormatan untuk menjaga ikatan kekeluargaan dan membangun hubungan baik di antara anggota komunitas adat sehingga kehidupan mereka tampak tenteram. Selain itu, tradisi menyilaq menunjukkan konsis- tensinya dalam mempertahankan tradisi penyampaian infor- masi di tengah gencarnya gempuran teknologi komunikasi yang berkembang saat ini ENGLISH This paper analyses the social communication model of a menyilaq ritual within the Bayan indigenous people in North Lombok, West Nusa Tenggara (NTB). By using the ethnographic communication approach, this study found that the tradition of menyilaq carried out by Pebenkel to the Bayan indigenous people utilised the patterns of passive top-down and active top-down socialization. The Menyilaq ritual reflected effective communication as there were personal contact and immediate feedback within both top-down socialisation models. Additionally, it became a medium of communication of silaturahim which were considered as a form of respects to maintain family ties and able to build good relations among community members. Further, the tradition has shown its consistency in maintaining the tradition of information delivery amid the onslaught of the current communication technology