Tradisis keilmuan falak dalam Islam

Other Authors: Masnun, Masnun, Quddus, Abdul, Fadli, Adi
Format: BookSection PeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: Pustaka Lombok , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.uinmataram.ac.id/594/1/595.pdf
http://repository.uinmataram.ac.id/594/
Daftar Isi:
  • INDONESIA: Manusia sebagai makhluk, dikaruniai akal pikiran oleh Allah Swt. sebagai pembeda dengan makhluk yang lain, anugerah akal bagi manusia merupakan kekuatan terbesar untuk memahami mekanisme kerja alam semesta dan kemudian dipergunakan untuk merekonstruksi asal muasal alam semesta, planet, dan sistem tatasurya. Akal manusia dipergunakan untuk memahami dan menginterpretasi fakta-fakta kauniyah dan juga ayat- ayat qur’āniyyah. Keberadaan akal menjadi kunci untuk memahami posisi alam semesta bagi kehidupan manusia sendiri, jalan untuk mengenal Allah sebagai pencipta dirinya dan juga sebagai pencipta alam semesta. Surah al-Baqarah ayat 164,1 merupakan salah satu contoh bahwa fenomena penciptaan langit dan bumi, fenomena pergantian siang dan malam, fenomena pelayaran diatas lautan, air yang diturunkan dari langit, fungsi air menghidupkan bumi, pengisaran angin dan awan, sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang menggunakan akal (la āyātin li qawmin ya‘qilūn). Salah satu aktivitas akal menjelajah ke dunia alam semesta yang luas dan kompleks dapat dilakukan melalui metodologi sains. Sains adalah suatu aktivitas yang bertujuan memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena dunia. Oleh karena itu, sains bertujuan untuk memahami atau mengerti, menjelaskan fenomena tempat dalam dunia tempat kita menjalani kehidupan fana ini. Agama juga mengandung tujuan yang mirip dengan tujuan sains, yaitu memahami dan menjelaskan fenomena kehidupan dan bahkan awal dan akhir alam semesta, namun agama tidak dikelompokkan sebagai sains. Dalam Islam tidak ada dikotomi antara sains dan agama, agama tidak dibentur satu dengan lainnya, tapi disinergikan melalui akal manusia.Berbagai kegiatan dalam bidang fisika, kimia, biologi, dan astronomi dinamakan sains, dan kegiatan lain seperti musik, teologi, seni, dan sebagainya tidak dinamakan sains, sains yang bisa menjelaskan fenomena alam disebut sains alami, sains yang menjelaskan fenomena sosial disebut sains sosial. Pengetahuan tentang posisi benda langit, planet, bulan matahari dan rasi bintang untuk dipergunakan meramal nasib manusia dikenal dengan astrologi, hal ini jika di teliti dalam surah Āli ‘Imrān ayat 190-191,3 pengetahuan ini berubah menjadi astronomi di zaman Islam, mengajak manusia untuk senantiasa berzikir dalam memikirkan penciptaan alam semesta. Menelaah posisi benda-benda langit merupakan sains, tetapi mengaitkannya dengan nasib manusia adalah pseudo sains (sains palsu). Telaah benda langit dalam kajian astronomi meliputi mekanika dan fisik benda langit serta keterkaitan satu dengan lainya dalam skenario besar alam semesta. Dalam Islam, kajian yang ada kaitan dengan astronomi dikenal dengan kajian ilmu falak atau ilmu hay’ah