Diktum akad dan dampaknya terhadap pembiayaan: studi analisis di lembaga keuangan mikro syariah Kota Mataram
Main Author: | Salahuddin, Muh. |
---|---|
Format: | Monograph NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinmataram.ac.id/155/1/155.pdf http://repository.uinmataram.ac.id/155/ |
Daftar Isi:
- INDONESIA: Perkembangan lembaga perbankan ini diikuti dengan tumbuhnya lembaga keuangan mikro syari’ah sebagai ‘kepanjangan tangan’ dari lembaga keuangan di atasnya; Bank Umum Syari’ah. Lembaga keuangan mikro syari’ah ini biasanya dikenal dengan nama Baitul Mal wa Tamwil yang secara legal berbadan hukum Koperasi. Total jumlah BMT yang ada di Kota Mataram yang berbadan hukum Koperasi sebanyak 7 BMT. Di Mataram, -sebagai ‘poros’ perkembangan ekonomi, sosial, politik, budaya dan pendidikan Nusa Tenggara Barat- perkembangan lembaga perbankan syari’ah (Bank Umum Syari’ah) dimulai dengan hadirnya Bank Mu’amalat Indonesia yang membuka Kantor di Dasan Agung Mataram yang kemudian disusul oleh Bank Syari’ah Mandiri (BSM). Hari ini, khususnya setelah tahun 2010, BRI, BNI, Bank Mega, Bank Danamon, BPD NTB, mulai mengembangkan sayapnya dalam pelayanan jasa keuangan yang berbasis syari’ah. Selain itu hadir pula Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS); BPRS Tulen Amanah (Masbagik), BPRS Patuh Beramal (Mataram), dan BPRS Dinar Asri (Mataram). Kesemuanya itu adalah realitas tentang ‘geliat’ ekonomi syari’ah yang semakin ‘membumi’ di Kota Mataram.