Tradisi turun naskah pada masyarakat Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat

Main Author: Jamaluddin, Jamaluddin
Format: Proceeding PeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.uinmataram.ac.id/105/1/105.pdf
http://repository.uinmataram.ac.id/105/
Daftar Isi:
  • INDONESIA: Lombok dikenal sebagai wilayah yang memiliki naskah kuno cukup banyak. Sebaran naskah kuno di masyarakat Sasak dapat dikatakan merata pada setiap daerah di Lombok. Kalaupun secara kuantitas beberapa tempat masih banyak dan masih utuh naskah-naskahnya, sementara di sebagian lainnya banyak juga yang sudah mengalami penyusutan akibat dari penjualan kepada kolektor benda-benda kuno atau kerusakan naskah disebabkan kurangnya perawatan dan usia naskah, serta keyakinan masyarakat Sasak sendiri. Sepanjang tahun dari tahun 2008-sampai sekarang, peneliti masih aktif melakukan pendataan naskah dan melakukan digitalisasi. Banyak pengalaman yang ditemukan ketika berinteraksi dengan pemilik naskah. Setidaknya ada tiga tipologi pemilik naskah ketika naskahnya akan diakses. Pertama, ada yang tidak menghargai naskah sebagai tinggalan penting, sehingga gampang sekali mereka melepaskan naskahnya, baik itu untuk dijual kepada kolektor, atau bahkan diberikan cuma-cuma kepada orang yang mencari naskah, ini karena mereka tidak mengerti tentang naskah tersebut dan merasa menyimpannya akan merepotkan mereka. Kedua, ada diantara mereka yang sangat gampang untuk diakses naskahnya, biasanya ini dari kalangan yang menjadikan naskah sebagai bagian penting dari kehidupannya, bahkan naskan ini yang memberikan sebagian dari kebutuhan hidup mereka, biasaya mereka ini menjadi pemaos atau semacamnya. Ia keliling diundang untuk membaca naskah untuk kegiatan-kegitan adat dan keagamaan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketiga, diantara mereka terdapat orang-orang yang sangat susah untuk diakses naskahnya. Kelompok ketiga ini memandang naskah sebagai benda keramat, benda yang harus dijaga, tidak setiap orang dapat melihat naskah-naskah tersebut apalagi sampai menyentuhnya. Bagi mereka yang ingin menyentuhnya tentu harus mengikuti aturan- aturan yang telah mereka buat dan terwarisi secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam artikel ini penulis ingin mengangkat pengalaman peneliti selama ini untuk mengungkap bagaimana penulis bisa mengakses bahkan beberapa naskah penting dapat dibuka dan bahkan sudah didigitalkan. Mulai dari membawakan gula putih, rokok sampai membawakan sapi, dari membuat jajanan trdasional sampai membawa bunga rampai, kemenyan untuk kepentingan ritual penurunan naskah. Tentu pengalaman ini akan menjadi penting artinya bagi mereka para peneliti berikutnya yang ingin mengakses naskah-naksh tersebut, agar akses ke pemilik naskah bisa lebih mudah.