Kekerasan simbolik terhadap peluang kerja tuna daksa pada instansi di Sungailiat
Main Author: | Riska Novalia, (NIM. 5011311077) |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ubb.ac.id/430/6/HALAMAN%20DEPAN.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/1/BAB%20I.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/2/BAB%20II.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/3/BAB%20III.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/4/BAB%20IV.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/8/PENUTUP.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/5/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/7/LAMPIRAN.pdf http://repository.ubb.ac.id/430/ |
Daftar Isi:
- Kekerasan simbolik umumnya dialami oleh kelompokminoritas di lingkungan masyarakat seperti penyandang tuna daksa. Kekerasan simbolik terhadap tuna daksa merupakan suatu kekerasan non fisik menggunakan simbol, bahasa, atau istilah tertentu yang berdampak pada psikologis tuna daksa. Tujuan penelitian ini yaitu, pertama untuk mengetahui pandangan masyarakat dan stakeholders terhadap tuna daksa yang bekerja. Kedua, untuk menidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan simbolik yang didapatkan oleh penyandang tuna daksa. Penelitian ini menggunakan Teori Kekerasan Simbolik dari Pierre Felix Bourdieu. Teori ini memusatkan kekerasan simbolik terjadi tidak dalam bentuk kekerasan fisik melainkan dalam bentuk pemaksaan kesewenangan budaya dengan menggunakan bahasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dskriptif. Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara tak terstruktur dan dokumentasi. Jumlah informan yang terdapat dalam penelitian berjumlah 25 orang terdiri atas tuna daksa, masyarakat, dan stakeholders. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pandangan masyarakat dan stakeholders terhadap tuna daksa yaitu pandangan positif dan panangan negatif. Pandangan positif masyarakat dan stakeholders berupa dukungan moril dan apresiasi terhadap tuna daksa yang ingin bekerja sedangkan pandangan negative berupa anggapan tuna daksa merupakan orang yang sakit, tidak produktif, dan lemah. Adapun bentuk-bentuk kekerasan simbolik antara lain, pelabelan negatif tuna daksa, krisis kepercayaan masyarakat dan stakeholders, serta persyaratan perekrutan pegawai yang tidak pro terhadap tuna daksa