FUNGSI DAN PENGGUNAAN KALIMAT KONDISIONAL BAHASA JEPANG “TEWA” DAN “BAAI” BERDASARKAN MODALITAS DAN TEORI TERITORI INFORMASI
Main Authors: | Ari, Artadi, Hari, Setiawan |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Unsada
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unsada.ac.id/1086/1/Fungsi%20dan%20Penggunaan%20Kalimat%20Kondisional%20Bahasa%20Jepang%20%E2%80%9Ctewa%E2%80%9D%20dan%20....pdf http://repository.unsada.ac.id/1086/ http://repository.unsada.ac.id/cgl/oai2 |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis fungsi dan penggunaan pola kalimat “tewa” dan “baai” sebagai kalimat kondisional bahasa Jepang fungsi dan pengunaan masing-masing pola kalimat jelas. Untuk itu, dengan mengunakan metode kualitatif, penelitian ini mengolah data contoh kalimat yang diambil dari surat kabar Jepang. Kemudian dianalisis berdasarkan modalitas pada akhir kalimat dan teori teritori informasi. Hasil analisis kalimat kondisional bahasa Jepang dengan pola “tewa” dan “baai” memiliki fungsi dan penggunaan sebagai berikut “(1) Kalimat kondisional pola “tewa” berfungsi dan digunakan terutama untuk menunjukan hal yang bersifat hipotesis/asumsi/dugaan (kateijokenbun) dan hal yang bersifat faktual berulang (jojutsujokenbun). Isi kalimat kondisional “tewa” adalah perihal yang tidak diharapkan penutur. Kemudian, penelitian ini menemukan kemungkinan pola “tewa” berfungsi dan digunakan untuk menunjukan kalimat kondisional lampau berunutan (jijitsujoukenbun) yang menunjukan temuan (hakken). Modalitas pada kalimat kondisional pola “tewa” adalah modalitas naratif, pertanyaan, penilaian, kesadaran, dan penjelasan. Modalitas yang menunjukan keinginan tidak ditemukan. (2) Kalimat kondisional pola “baai” berfungsi dan digunakan terutama untuk menunjukan hipotesis/asumsi/dugaan (kateijokenbun) dan hal faktual berulang (jojutsujokenbun). Kalimat kondisional lampau berunutan tidak ditemukan dalam pola “baai”. Kemudian, pola “baai” dapat menggunakan berbagai jenis modalitas, termasuk modalitas yang menunjukan keinginan pembicara. (3) Berdasarkan penggunaan modalitas dan teori teoritori informasi, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian isi informasi kalimat kondisional pola “tewa” dianggap merupakan hal umum yang dimengerti oleh semua baik penutur, mitra tutur, atau masyarakat umum. Sedangkan isi informasi kalimat kondisional pola “baai” sebagian besar hanya diketahui oleh penutur saja