PENERAPAN TRI HITA KARANA DALAM HARMONISASI KONSERVASI DAN BUDAYA DI DAYA TARIK WISATA KEBUN RAYA BALI
Main Authors: | Wirawan, I Gst Ngurah Putu Dedy, Pendit, I Made Raharja |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Magister Tourism Study, Faculty of Tourism, Udayana University
, 2017
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jumpa/article/view/34043 https://ojs.unud.ac.id/index.php/jumpa/article/view/34043/20548 |
Daftar Isi:
- This article examines the application of Tri Hita Karana (THK) values involving the harmonisation of conservation and culture at the Bali Botanic Garden, Tabanan, Bali. THK is an Hindu beliefs with three main harmonious concepts including harmony among people, harmony with the natural environment and harmony with God. Balinese recognise ecosystem-based nature management, as in the term Tri Mandala, three different level of spaces according to the purpose and benefits of parhyangan (holy place), palemahan (environment) and pawongan (human). These three spaces according to Balinese culture must be harmonious, balanced and preserved in order to support conservation efforts. Combined conservation efforts with cultural values is also a theme that has been utilized by the Bali Botanic Garden in building thematic collections, such as the collection of medicinal plants, traditional ceremonial plants, and ethnobotany artefacts. This collections insight into Balinese cultural conservation supports educational and tourism services at Bali Botanic Garden. The implementation of THK philosophy at Bali Botanic Garden has an important to improves resource efficiency, maintains relationships with the creators, conserves the environment and culture, and maintains harmony in reducing conflict, social imbalances and ensures the sustainability of regional development.
- Artikel ini mengkaji penerapan nilai-nilai Tri Hita Karana (THK) dalam harmonisasi konservasi dan budaya di Kebun Raya ‘Eka Karya’, Tabanan, Bali. THK merupakan filosofi Hindu yang memiliki tiga pilar untuk menciptakan keharmonisan antara umat manusia, manusia dengan alam lingkungan, serta dengan Tuhan. Selain itu, masyarakat Bali juga mengenal pengelolaan alam yang berbasis ekosistem, seperti dalam istilah Tri Mandala, tiga tingkatan ruang sesuai manfaat yaitu Prahyangan (tempat suci), Palemahan (lingkungan), dan Pawongan (manusia). Ketiga ruang sesuai dengan budaya Bali tersebut harus selaras, seimbang, dan terpelihara sehingga dapat merupakan salah satu tindakan konservasi. Konservasi yang terpadu dengan nilai-nilai budaya tersebut juga telah diciptakan oleh Kebun Raya Bali dengan membangun koleksi tematik, seperti koleksi tumbuhan usada, koleksi tumbuhan upacara adat, dan koleksi artefak etnobotani. Rangkaian kegiatan yang berwawasan konservasi budaya masyarakat Bali ini mendukung pelayanan pendidikan dan wisata di Kebun Raya. Penerapan konsepsi THK di Kebun Raya Bali memiliki peranan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya, menjaga hubungan dengan sang pencipta, konservasi lingkungan dan budaya, serta menjaga keharmonisan dalam mengurangi konflik, mengurangi ketimpangan sosial, dan menjamin keberlanjutan pembangunan wilayah.