KESIAPAN MASYARAKAT TAMBAKLOROK DALAM MENERIMA RENCANA REVITALISASI KAWASAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI APUNG
Main Author: | Nugraha, Dimas Hastama |
---|---|
Other Authors: | Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia, Institut Teknologi Yogyakarta |
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR
, 2018
|
Online Access: |
http://jurnalsosekpu.pu.go.id/index.php/sosekpu/article/view/154 http://jurnalsosekpu.pu.go.id/index.php/sosekpu/article/view/154/pdf |
Daftar Isi:
- Wilayah pesisir yang berkembang tanpa arah mengakibatkan masalah diberbagai aspek, baik sosial, ekonomi, maupun lingkungam. Hunian menjadi salah satu bagian yang terkena dampak dari hal tersebut. Salah satu solusi dari masalah ini adalah dengan menggunakan teknologi hunian apung. Hal ini akan diterapkan di Tambaklorok Semarang yaitu dengan pilot project pembangunan Balai Apung sebagai salah satu upaya revitalisasi kawasan. Kawasan Tambaklorok dipilih karena memiliki land subsidence yang cukup tinggi (berkisar 12-14 cm/tahun) dan permasalahan banjir rob. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan masyarakat di Tambaklorok dalam menerima rencana revitalisasi kawasan menggunakan teknologi apung. Unit analisis kajian ini adalah penduduk di lokasi penerapan teknologi, yaitu di Tambaklorok Semarang. Sedangkan unit observasi dalam pelaksanaan kajian ini adalah kawasan yang ada di lokasi penerapan teknologi hunian apung. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis yang dipergunakan adalah content analisis. Hasil dari studi ini adalah kesiapan masyarakat menerima revitalisasi kawasan menggunakan teknologi apung menunjukkan adanya perubahan kearah yang positif. Tingkat kesiapan masyarakat mulai bergerak naik di anak tangga kesiapan, dari yang sebelumnya berada pada tingkat preplanning, dimana sudah ada pemahaman bahwa terdapat masalah yang harus dipecahkan bersama-sama, telah ada figur pemimpin komunitas namun belum ada perencanaan yang konkrit; bergerak naik menuju tingkat initiation, dimana komunitas sudah mulai terlibat secara aktif dan sudah tidak ada resistensi.