Pengembangan kurikulum pendidikan berbasis multikultural (Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Sahabat Alam Palangka Raya)
Daftar Isi:
- Penyusunan kurikulum membutuhkan dasar-dasar yang kuat, baik berupa hasil pemikiran maupun hasil penelitian yang mendalam. Pentingnya dasar-dasar yang kuat ini terletak pada kedudukan kurikulum dalam seluruh kegiatan pendidikan yang menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Tahap awal pengembangan kurikulum meliputi tiga kegiatan, yaitu perencanaan, implementasi dan evaluasi. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengembangan kurikulum pendidikan berbasis multikultural di Sekolah Dasar Islam Terpadu Sahabat Alam Palangka Raya, ditinjau dari perencanaan, implementasi dan evaluasi. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan studi kasus (case study). Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian dianalisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan kurikulum SDIT Sahabat Alam Palangka Raya, ditinjau dari: Perencanaankurikulum dilakukan dalam kegiatan rapat kerja guru dan kepala sekolah yang dibagi dalam beberapa komisi. Dalam kegiatan ini peserta memiliki hak yang sama dalam berpendapat sehingga tercipta suasana yang demokratis, adil dan terbuka. Hasil dari perencanaan kurikulum adalah penentuan tema besar pembelajaran yang akan dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran.Dari segi prosesnya terdapat dua nilai multikultural yaitu nilai demokrasi dan nilai keadilan.Implementasi kurikulum diadopsi dari kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional dan dikombinasi dengan kurikulum JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) serta dipadu dengan pendidikan dan disenergikan dengan iklim alam yang ada. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa SDIT Sahabat Alam Palangka Raya dalam pelaksanaanya menggunakan pola pembelajaran kurikulum 2013, dengan pendekatan contextual learning (pembelajaran kontektual) dalam kegiatan pembelajarannya. Dari segi implementasi terdapat nilai multikultural yaitu nilai demokrasi, kebersamaan, keadilan, menerima dan menghargai. Evaluasikurikulum memiliki mekanisme pelaksanaan pengawasan melekat. Kegiatan evaluasinya adalah (1) pemeriksaan secara rutin setiap pekan terhadap news latter yang dibuat oleh masing-masing guru, (2) kepala sekolah melakukan pemeriksaan langsung ke kelas saat guru-guru sedang mengajar tanpa ada pemberitahuan, (3) melakukan rapat kerja guru setiap pekan dengan tahap berjenjang yang dilakukan oleh kepala sekolah.Dari sisi evaluasi terdapat nilai multikultural yaitu nilai demokrasi, kesetaraan dan keadilan.