Analisis Proses Berpikir Analogi dalam Menyelesaikan Soal-soal Materi Limas dan Prisma siswa kelas VIII MTsS Darul ‘Ulum Banda Aceh
Main Author: | Rina Safrina Sari, 261121415 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/4956/1/Form%20B%20dan%20Form%20D.pdf https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/4956/2/Rina%20Safrina%20Sari.pdf https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/4956/ http://library.ar-raniry.ac.id |
Daftar Isi:
- Kecakapan berpikir merupakan hal yang diperlukan oleh setiap orang untuk hidupnya. Oleh karena itu kecakapan berpikir sangat penting dipelajari siswa di sekolah. Salah satu cara untuk berpikir adalah dengan analogi. Analogi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah, jika siswa dapat menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang baru. Terutama dalam menyelesaikan soal-soal materi limas dan prisma. Dalam analogi terdapat masalah sumber dan masalah target. Dalam proses berpikir analogi terdapat 4 tahap, yaitu tahap encoding (pengkodean), tahap inferring (penyimpulan), tahap mapping (pemetaan), dan tahap applying (penerapan). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir analogi siswa dari kelas laki-laki dan siswa dari kelas perempuan dalam menyelesaikan soal-soal materi limas dan prisma di MTsS Darul ‘Ulum Banda Aceh tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara memberikan tes dan wawancara. Penelitian ini diawali dengan pemberian tes penalaran analogi matematika kepada siswa di kelas laki-laki yang berjumlah 24 siswa dan siswa di kelas perempuan yang berjumlah 31 siswa. Berdasarkan tes tentang proses berpikir analogi limas dan prisma siswa bahwa tingkat kemampuan berpikir analogi dikelompokkkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kemampuan berpikir analogi tinggi, kelompok kemampuan berpikir analogi sedang dan kelompok berpikir analogi rendah. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada 6 subjek terpilih dan pertimbangan guru matematika di sekolah tersebut yaitu 3 subjek dari kelas laki-laki dan 3 subjek dari kelas perempuan yang masing-masing kelas memuat subjek yang berpikir analogi tinggi, sedang, dan rendah untuk mengetahui proses berpikir setiap subjek berdasarkan kemampuan berpikir analoginya. Analisis data meliputi reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek laki-laki dengan kemampuan berpikir analogi tinggi mampu melewati semua tahap berpikir analogi yaitu encoding, inferring, mapping dan applying. Subjek laki-laki dengan kemampuan berpikir analogi sedang pada tahap encoding tidak maksimal menjawab, tahap inferring dapat dijawab dengan tepat, dan pada tahap mapping dan applying menjawab tidak sempurna. Subjek laki-laki dengan kemampuan berpikir analogi rendah sedikit mampu melewati tahap encoding, dan mapping, namun tidak sempurna saat berada pada tahap inferring, dan applying. Sedangkan untuk subjek perempuan, yaitu subjek perempuan dengan kemampuan berpikir analogi tinggi mampu melewati semua tahap berpikir analogi dengan tepat pada tahap encoding, inferring, mapping, maupun applying. Untuk subjek perempuan dengan kemampuan berpikir analogi sedang, mampu melewati tahap encoding dan inferring, namun pada tahap mapping dan applying jawabannya tidak sempurna. Subjek perempuan dengan kemampuan berpikir analogi rendah pada tahap encoding cenderung mampu melewatinya, selanjutnya pada tahap inferring, mapping, dan applying menjawab tidak sempurna.