Penyimpangan Iklim ENSO dan IOD di Kalimantan Tengah Serta Kaitannya dengan Produksi Kelapa Sawit
Main Authors: | Hermantoro, Hermantoro, Fadhil, Dary As’ad , Wirianata, Herry |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
PERTETA
, 2024
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/article/view/50170 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/article/view/50170/27797 |
Daftar Isi:
- Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan diIndonesia memiliki 3 pola yaitu pola monsoonal, equatorial dan lokal. PT. Harapan Hibrida Kalbar Sungai Bila Estate merupakan wilayah kajian penelitian ini memiliki pola curah hujan equatorial. Curah hujan dapat menyimpang dari pola kondisi iklim pada umumnya karena adanya variabilitas iklim El Nino Southern Oscillation dan Indian Ocean Dipole. Hasil koefisien korelasi pearson antara curah hujan musim Juni Juli Agustus dan September Oktober November dengan indeks El Nino Southern Oscillation sebesar -0,78** dan -0,64*. El Nino Southern Oscillation Memiliki hubungan yang kuat dan terbalik dengan curah hujan diwilayah kajian saat musim kemarau dengan nilai signifikan pada selang kepercayaan 0,01 ( Juni, Juli, Agustus) dan 0,05 (September, Oktober, November) Hasil koefisien korelasi pearson antara curah hujan musim Juni Juli Agustus dan September Oktober November dengan indeks Indian Ocean Dipole sebesar -0,4 dan -0,5. Pengaruh El Nino Southern Oscillation lebih kuat dibandingkan dengan Indian Ocean Dipole di wilayah kajian. Fase El Nino (lanina) menyebabkan curah hujan diwilayah kajian menjadi lebih rendah (tinggi) dari kondisi normal, sehingga terjadi kemarau Panjang (Kemarau basah). Produksi kelapa sawit pada jenis tanah Sandy Loam lebih fluktuatif dan lebih rentan saat terjadi kemarau panjang dibandingkan jenis tanah clay. Produksi kelapa sawit lebih dipengaruhi oleh jumlah hari hujan dibandingkan jumlah akumulasi curah hujan dalam setahun.
- Oil palm is a plantation crop that requires even rainfall throughout the year. Rainfall in Indonesia has 3 patterns, namely monsoonal, equatorial and local patterns. PT Harapan Hybrid Kalbar Sungai Bila Estate is the study area for this research which has an equatorial rainfall pattern. Rainfall can deviate from the general pattern of climatic conditions due to the climate variability of the El Nino Southern Oscillation and the Indian Ocean Dipole. The results of the Pearson correlation coefficient between the June July August and September October November rainfall with the El Nino Southern Oscillation index are -0.78** and -0.64*. El-Nino Southern Oscillation has a strong and inverse relationship with rainfall in the study area during the dry season with a significant value at a confidence interval of 0.01 (June, July, August) and 0.05 (September, October, November). Results of the Pearson correlation coefficient between rainfall monsoon rains June July August and September October November with an Indian Ocean Dipole index of -0.4 and -0.5. The influence of the El Nino Southern Oscillation is stronger than that of the Indian Ocean Dipole in the study area. The El Nino (Lanina) phase causes rainfall in the study area to be lower (higher) than normal conditions, resulting in a long dry season (wet dry season). Palm oil production on Sandy Loam soil types is more volatile and more vulnerable during long periods of drought than clay soil types. Palm oil production is more influenced by the number of rainy days than the amount of accumulated rainfall in a year.