Liang Ngara
Main Author: | Aliman, Syahrani |
---|---|
Format: | Lainnya NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Perpustakaan IAIN Antasari
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://idr.uin-antasari.ac.id/611/1/LIANG%20NGARA.pdf http://idr.uin-antasari.ac.id/611/ |
Daftar Isi:
- ADA momen puitik yang tak bisa kueliminasi dan sekaligus tak dapat kungkapkan lewat puisi, saat aku mengadakan pendakian ke bukit Liang Ngara. Pendakian ke puncak Liang Ngara adalah petualangan menuju kenangan. Menaiki Liang Ngara berarti menumpaskan dendam tualang. Terletak 30 kilometer dari Kandangan, Liang Ngara berada di desa Lumpangi, wilayah kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, terpencil di hunjur gunung Kantawan. Sungguh, inilah perjalanan mendebarkan, terutama setelah jarak 29 kilometer kutempuh dengan naik motor dari Kandangan. Kata orang Loksado, bukah baduduk. Artinya, duduk berlari dengan motor di alam terbuka. Satu kilometer selebihnya, meski separuhnya masih bisa dilewati dengan sepeda motor, namun aku memilih dengan berjalan kaki. Desa Lumpangi sangat tenang. Semua desa di sini bersuasana sama. Sunyi. Hanya anak-anak yang bermain gasing atau gundu dari batu, dan wanita penjaga warung atau pencari kutu rambut, serta orang-orang tua mahambit rumbia. Tapi mereka ramah, tak mencurigai setiap pendatang. Polos, bersahabat. Di kejauhan, telingaku menangkap sungai Amandit menggemercik. Di depan, jalan meliuk-liuk, mengitari perbukitan. Sesekali aku berpapasan dengan penduduk setempat, yang lelaki menyelipkan parang di pinggang, sedang yang wanita menggendong sambil meneyusui bayinya. Mereka selalu membawa butah. Beberapa dari mereka kupergoki di sungai Amandit, tengah manangguk atau memasang lukah. Sejumlah anak laki-laki bertelanjang dada kulihat pula sedang manyundak, mencari ikan dan udang di sungai Amandit.