Peranan Perempuan Banjar dalam Pendidikan Islam Abad XIX dan XX

Main Author: Salasiah, Salasiah
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://idr.uin-antasari.ac.id/1240/1/bab1.pdf
http://idr.uin-antasari.ac.id/1240/2/bab4.pdf
http://idr.uin-antasari.ac.id/1240/
Daftar Isi:
  • Salasiah, Peranan Perempuan Banjar dalam Pendidikan Islam Abad XIX dan XX, dibawah bimbingan I: Dr.Ahdi Makmur, M.Ag, dan II: Dr.Saifuddin, M.Ag, Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2014. Kata Kunci : Perempuan Banjar, Pendidikan Islam, Gender. Latar Belakang penelitian ini berdasarkan kultur kekeluargaan di Kalimantan Selatan yang patriarki. Kaum laki-laki mempunyai hak istimewa dibandingkan kaum perempuan. Kalimantan Selatan adalah daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Sejak masuknya Islam di Kalimantan Selatan sekitar abad ke-16 yang dibawa oleh kesultanan Demak melalui jalur perdagangan, kerajaan Banjarmasin berubah menjadi bercorak Islam yang dipimpin oleh Sultan Suriansyah dengan struktur pemerintahan yang dipengaruhi oleh budaya Jawa. Budaya Jawa berpaham patriarki di mana waktu itu para perempuan dianggap hanya sebagai pelengkap dan selir para laki-laki. Selain itu, budaya Islam zaman dulu juga menganggap perempuan adalah seorang yang lemah dan kurang akal. Permasalahan dasar yang dihadapi perempuan secara umum di Kalimantan Selatan adalah ketidakadilan gender dan budaya patriarki yang telah mengakar dalam tradisi budaya Banjar. Pandangan yang berkembang di masyarakat tentang perempuan menjadikan perempuan tidak leluasa berkiprah di ranah publik. Masyarakat terlanjur berpandangan bahwa perempuan hanya bisa berkiprah di ruang privasi lingkungan rumah. Akibatnya, muncul kesenjangan sosial antara laki-laki dan perempuan. Metode penelitian disini menggunakan penelitian diskriptif kualitatif dengan pendekatan sosio-historis. Fokusnya pada teori dan analisis terhadap aktivitas sosial yang ada di dunia pendidikan Islam terutama pendidikan khusus perempuan. Hasil temuan bahwa; 1.Para perempuan Banjar sejak abad XIX sudah ikut belajar dan mendapat pendidikan setara dengan para laki-laki. 2.Perempuan Banjar telah bersekolah dari Tingkat SD sampai Perguruan Tinggi tidak ada halangan bagi mereka untuk mendapatkankan pendidikan sama seperti laki-laki. 3.Perempuan Banjar bisa berkiprah diluar rumah sebagai pendidik maupun pejabat publik. Ada beberapa tokoh perempuan Banjar yang penulis angkat dalam penulisan tesis ini, dengan tujuan untuk membuka pemikiran bahwa perempuan Banjar adalah perempuan-perempuan cerdas yang mampu memberikan pencitraan tentang perempuan, yang punya pendidikan setara dengan kaum laki-laki, dan mampu berkiprah menyumbangkan tenaga dan pikiran pada ruang publik bidang pendidikan.