Fertilitas Spermatozoa Sapi Peranakan Ongole Setelah Sexing Dengan Menggunakan Metode Yang Berbeda
Main Author: | Kusumawati, Enike Dwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/9144/ |
Daftar Isi:
- Sapi Peranakan Ongole (PO) yang merupakan salah satu sapi lokal Indonesia dengan jumlah populasi yang mengalami penurunan. Peningkatan mutu genetik dan produktifitas sapi PO dapat dilakukan dengan penerapan Inseminasi Buatan (IB). Teknologi IB tersebut dapat ditingkatkan nilainya dengan menggunakan program anak yang dihasilkan mempunyai jenis kelamin sesuai harapan yaitu dengan sexing spermatozoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fertilitas serta perubahan kualitas dan struktur spermatozoa setelah proses sexing dengan menggunakan metode sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP) dan sedimentasi putih telur (SPT) pada sapi PO. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental meliputi penelitian tahap 1 dan 2. Penelitian Tahap 1 untuk mengetahui kualitas spermatozoa semen hasil sexing pada semen cair dan semen beku menggunakan sampel semen sapi PO di Loka Penelitian sapi Potong Grati Pasuruan. Penelitian Tahap 2 dilakukan untuk menguji fertilitas dengan cara Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa, Pasir Tengah, Cianjur, Jawa Barat. Proses sexing, pengenceran, pendinginan, pembekuan, uji kualitas spermatozoa dilakukan di Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan. Analisa superoxide dismutase (SOD) dan malondialdehide (MDA) dilakukan di laboratorium Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang. Analisis fluorescein isothiocyanate-peanut aglutination (FITC-PNA) dilakukan di Jurusan Biologi, Universitas Brawijaya Malang. Analisis scanning electron microscope (SEM) dilakukan di Laboratorium Sentral, Universitas Negeri Malang. Penghitungan ukuran kepala spermatozoa dilakukan di Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, Universitas Kanjuruhan Malang. IB semen sexing dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa, Pasir Tengah, Cianjur, Jawa Barat. Data dianalisa menggunakan analisis varian. Apabila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata maka dilakukan pengujian selanjutnya menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan. Rancangan penelitian yang digunakan untuk: kualitas spermatozoa semen beku setelah sexing, post thawing, FITC-PNA, SOD dan MDA menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Kualitas Semen cair menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Ukuran kepala spermatozoa dan keberhasilan IB menggunakan chi square. Sampel semen yang digunakan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis dengan syarat motilitas massa ≥2+, motilitas individu dan viabilitas ≥70%, abnormalitas ≤20%, dan konsentrasi ≥1000 x 106. Penelitian Tahap 1 menggunakan Rancangan Acak Kelompok menggunakan perlakuan semen tanpa sexing, sexing SGDP lapisan atas dan bawah, sexing SPT lapisan atas dan bawah dengan ulangan masing-masing 10 kali. Motilitas progresif diamati dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x. Viabilitas dan abnormalitas spermatozoa diamati pada preparat apusan dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x. Spermatozoa yang menyerap warna dinyatakan mati dan yang mengalami kerusakan di kepala atau ekor dinyatakan abnormal. Reaksi akrosom spermatozoa dianalisa dengan FITC-PNA. Selain itu juga dianalisa xi kadar SOD dan MDA. Analisa SEM untuk melihat kerusakan ultra struktur spermatozoa. Penelitian Tahap 2 dilakukan untuk menguji fertilitas dengan cara IB menggunakan 135 ekor sapi dengan semen cair hasil sexing dengan perlakuan semen tanpa sexing, sexing SGDP dan SPT masing-masing 45 ekor sapi setiap perlakuan. Angka non return rate (NRR) diamati dalam periode 20-30 hari dan angka kebuntingan atau conception rate (CR) diamati dengan palpasi per rektal (PKB) setelah 90 hari sejak IB. Sampel semen segar yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan standar yang digunakan peneliti sebelumnya volume 4,4±2,18 ml, motilitas individu 70±0%, viabiltas 95,12±0,98%, abnormalitas 1,02±0,15%, konsentrasi 1.758±137,66 juta/ml, kadar SOD dan MDA 44,1±19,6 U/ml dan 227,25±32,29 ng/ml, tudung akrosom utuh 98,85±0,74%. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas spermatozoa sexing SPT lapisan atas lebih baik dibandingkan metode sexing SGDP. Tetapi hasil fertilitas menunjukkan bahwa metode sexing SGDP lebih baik dibandingkan sexing SPT. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa rata-rata persentase motilitas spermatozoa terbesar sampai terkecil saat post thawing berturut-turut 44,2% (tanpa sexing), 34,35% (sexing SPT lapisan atas), 31,45% (sexing SGDP lapisan bawah), 31,2 % (sexing SPT lapisan bawah), 27,45% (sexing SGDP lapisan atas). Viabilitas spermatozoa hasil sexing, before freezing dan post thawing menunjukkan penurunan. Terlihat bahwa rata-rata persentase viabilitas pada saat post thawing berurutan dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu 91,68% (semen tanpa sexing), 82,82% (sexing SPT lapisan atas), 81,43% (sexing SGDP lapisan bawah), 77,29% (sexing SPT lapisan bawah), 76,11% (sexing SGDP lapisan atas). Abnormalitas hasil sexing, before freezing dan post thawing menunjukkan peningkatan. Persentase abnormalitas spermatozoa hasil sexing, before freezing dan post thawing dengan metode SPT bagian bawah (spermatozoa Y) lebih tinggi dibandingkan lapisan atas (spermatozoa X). Sedangkan metode SGDP lapisan atas (spermatozoa Y) lebih tinggi dibandingkan lapisan bawah (spermatozoa X). Semen tanpa sexing tetap menunjukkan persentase abnormalitas yang lebih rendah dibandingkan semen sexing. Abnormalitas tersebut masih tergolong rendah karena masih kurang dari 10%. Nilai SOD semakin menurun setelah sexing dan post thawing, sedangkan MDA semakin meningkat. Peningkatan kadar MDA tertinggi pada SGDP lapisan bawah yaitu sebesar 624,25 ng/ml pada waktu post thawing, sedangkan terendah pada sexing SPT lapisan atas sebesar 480,00±107,56 ng/ml. Hasil analisa FITC PNA yang menunjukkan bahwa jumlah spermatozoa yang mengalami reaksi akrosom lebih banyak terjadi pada sexing SPT 6,32% dibandingkan SGDP (4,52%). Hasil SEM menunjukkan bahwa dampak sexing sangat merusak membran spermatozoa. Hasil Penelitian tahap 2 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kebuntingan pada umur 3 bulan didapatkan 21 ekor sapi bunting dari 45 ekor sapi yang di IB dengan semen non sexing (kontrol), 14 ekor sapi bunting dari 45 ekor sapi yang di IB dengan semen sexing sedimentasi putih telur, 18 ekor sapi bunting dari 45 ekor sapi yang di IB dengan semen sexing gradien densitas percoll. Hasil analisa data dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai CR menggunakan semen beku hasil sexing sedimentasi putih telur dan sentrifugasi gradien densitas percoll serta tanpa sexing berbeda sangat nyata (P<0,01). Nilai CR masih lebih tinggi semen tanpa sexing (46,67%) kemudian diikuti sexing SGDP (40%) dan sexing SPT (31,11%). Kualitas (motilitas, viabilitas, abnormalitas) dan struktur spermatozoa setelah proses sexing dan post thawing menggunakan metode sedimentasi putih xii telur menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode sentrifugasi gradien densitas percoll, tetapi tingkat spermatozoa yang sedang mengalami reaksi akrosom dan telah mengalami reaksi akrosom lebih tinggi sehingga nilai conception rate lebih rendah dibandingkan sexing menggunakan metode sentrifugasi gradien densitas percoll. Fertilitas spermatozoa menunjukkan hasil sexing SGDP lebih baik dibandingkan sexing SPT berdasarkan hasil IB semen cair dengan analisa CR