Makna Tradisi Upacara Pemakaman Rambu Solo’ Dalam Perspektif Agama Kristen (Studi Etnografi Komunikasi pada masyarakat Desa Pangli, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara)
Main Author: | Patiung,, Indri Wisudawati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/914/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini merupakan studi kajian komunikasi antar budaya antara budaya asli Toraja dan pada perjumpaannya dengan budaya kristiani. Latar belakang penelitian ini berangkat dari adanya perubahan dalam pelaksaan upacara pemakaman rambu solo’ yang dahulu masih melaksanakan unsur-unsur kepercayaan Aluk Todolo’. Namun setelah perjumpaannya dengan Agama Kristen, pada pelaksanaan upacara rambu solo’ saat ini diakhiri dengan ibadah (doa bersama) yang dipimpin oleh pendeta dengan menanamkan nilai-nilai kekristenan. Upacara pemakaman rambu solo’ bisa dikategorikan sebagai komunikasi ritual karena dalam upacara tersebut individu juga berhubungan atau berkomunikasi dengan Tuhan-Nya. Fokus penelitian ini adalah apa makna tradisi upacara pemakaman rambu solo’ melalui penanaman nilai-nilai kekristenan. Penelitian ini menggunakan perspektif interpretif berdasarkan Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning) yang menekankan pada bagaimana makna dikoordinasikan melalui sebuah percakapan dan interaksi. Metode penelitian etnografi komunikasi digunakan dengan observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Wujud koordinasi menurut perspektif Pendeta ialah menetapkan aturan-aturan tertentu dan memberikan keleluasaan kepada masyarakat Toraja bagaimana prosesi upacara tersebut berlangsung sebagaimana berjalan menurut aturan adat atau budaya, selama aturanaturan Gereja Toraja dipatuhi. (2) Wujud koordinasi pada masyarakat Toraja Kristen di Desa Pangli yakni menaati aturan-aturan yang sudah ditetapkan Gereja Toraja bagaimana pelaksanaan upacara Rambu Solo’ tersebut diselenggarakan salah satunya dengan tidak membuat patung ‘kua-kua’ (Patung menyerupai manusia yang tidak diperbolehkan jika dibuat ketika hendak melakukan Upacara Rambu Solo’). (3) Makna upacara pemakaman Rambu Solo’ bukan lagi kepada ‘Dewa’ melainkan upacara pemakaman Rambu Solo’ memiliki makna sebagai rasa ungkapan syukur keluarga kepada Tuhan karena ditengah kedukaan dan kesedihan, Tuhan masih memberikan berkat melimpah sehingga keluarga masih bisa memberikan berkatnya kepada sesama.