Daftar Isi:
  • Balai Yasa Tegal (BYTG) merupakan salah satu unit kerja dari PT Kereta Api Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang melakukan tindakan perawatan, perbaikan, serta modifikasi sarana perkeretaapian khusus kereta dan gerbong. BYTG melayani kereta kelas bisnis (K2) dan ekonomi (K3) dari Daop IV Semarang, Daop V Purwokerto, dan Daop VI Yogyakarta. Dalam kegiatan operasionalnya, komponen dan suku cadang perawatan kereta di BYTG mengalami masalah dalam penentuan jumlah pemesanan dan reorder point. Hal ini sering menyebabkan terjadinya kekurangan dan kelebihan persediaan yang memicu besarnya biaya persediaan. Penelitian terkait dengan kebijakan pengendalian persediaan di BYTG ini dilakukan guna meminimasi total biaya persediaan. Penelitian ini diawali dengan mengklasifikasikan komponen dan suku cadang perawatan kereta ditinjau berdasarkan nilai volume tahunan dan pergerakan komponen dengan menggunakan ABC analysis dan FSN analysis. Metode yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan komponen dan suku cadang perawatan kereta tersebut adalah continuous review (s,Q) dan periodic review (R,s,S). Metode ini digunakan untuk memperoleh jumlah pemesanan, reorder point, stok maksimal dan total estimasi biaya persediaan komponen dan suku cadang di kelas AF. Hasil perhitungan total estimasi biaya dari kedua metode tersebut akan dibandingkan dengan kebijakan existing perusahaan sehingga didapatkan metode terpilih. Parameter input dari hasil metode terpilih nantinya akan digunakan pada perencanaan persediaan di tahun 2017 dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Berdasarkan matriks klasifikasi komponen ABC-FSN, didapatkan 13 komponen dan suku cadang berada di kelas AF yaitu AC Split 2 PK, Acrylic Riben 1015 x 640 x 10 mm, Degreaser dan Cleaner, Elpiji 50 Kg, Gas Oksigen 150 ATM, Lem Aica Aibon, NFB 3 Fase 250 A, Plat Galvanis 2400 x 1200 x 2 mm, Plat Besi 4 x 1200 x 2400 mm, Rubber Bellow Atas, Rubber Bellow Kanan, Rubber Bellow Kiri, dan Selang Rem Udara 620 mm. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa continuous review (s,Q) menjadi metode terpilih untuk 11 komponen, sedangkan periodic review (R,s,S) menjadi metode terpilih untuk 2 komponen. Metode continuous review (s,Q) dan periodic review (R,s,S) mampu menghasilkan total biaya persediaan lebih rendah dibandingkan kebijakan existing dengan biaya pesan yang tidak begitu besar dan biaya simpan yang lebih sedikit. Perhitungan total biaya persediaan dengan menggunakan metode continuous review (s,Q) mampu menghasilkan penurunan total biaya persediaan sebesar Rp 4.000.438 - Rp 167.375.932, sedangkan penurunan biaya dari metode periodic review (R,s,S) adalah sebesar Rp 8.351.025 - Rp 17.912.274.