Analisis Pengendalian Kualitas Produk Circle Repellent pada Proses Pengeringan dengan Metode Six Sigma
Daftar Isi:
- PT. XYZ merupakan perusahaan industri manufaktur yang menghasilkan produk customer goods, salah satu produk yang di produksi yaitu circle repellent. Permasalahan utama yang terdapat pada PT. XYZ adalah pada proses pengeringan masih terdapat banyak cacat yang terjadi, seperti yang terjadi pada line 9. Data bulan Januari 2017 masih terdapat produk cacat yang melebihi batas maksimal toleransi produk cacat sebesar 2%. Meskipun perusahaan tidak menetapkan maksimal toleransi produk cacat, hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas produk perlu ditingkatkan. Produk cacat akan memberikan kerugian besar jika tidak dikurangi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian kualitas pada proses produksi circle repellent sebagai upaya mengurangi produk cacat yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode six sigma dengan fase Define, Measure, Analyze, dan Improve. Tahap define merupakan tahap awal yaitu mengidentifikasi proses produksi circle repellent. Pada tahap measure dilakukan pengukuran data atribut dengan mengidentifikasi CTQ dari produk circle repellent, menghitung dan membuat peta kontrol p, menghitung nilai DPMO, level sigma dan nilai kapabilitas dari masing-masing jenis cacat. Selanjutnya, tahap analyze merupakan tahap untuk menemukan akar penyebab masalah, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan diagram sebab akibat, kemudian menggunakan FMEA untuk mengidentifikasi potensi kegagalan sistem produksi dan diperoleh nilai RPN dari setiap potensi-potensi kegagalan. Tahap terakhir yaitu tahap improve untuk memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan nilai RPN tertinggi. Hasil dari penelitian ini didapatkan 4 jenis cacat berdasarkan CTQ yaitu renggang, terpotong, bengkong dan retak. Dari perhitungan DPMO untuk cacat renggang sebesar 91585.68 dengan level sigma 2.83 dan kapabilitas proses 0.94, DPMO untuk cacat terpotong sebesar 35040.26 dengan level sigma 3.31 dan kapabilitas proses 1.1, DPMO untuk cacat bengkong sebesar 32057.617 dengan level sigma 3.35 dan kapabilitas proses 1.12, DPMO untuk cacat retak sebesar 11784,42 dengan level sigma 3.764 dan kapabilitas proses 1.25. Dari analisis diagram pareto, jenis cacat yang diamati dalam penelitian difokuskan pada jenis cacat renggang. Berdasarkan hasil tabel FMEA cacat renggang, mode kegagalan yang diberikan rekomendasi perbaikan adalah pengaturan mold tidak sesuai dengan RPN 84 dan umur mesin dan mold yang melebihi umur pemakaian dengan RPN 63. Rekomendasi yang pertama yaitu pemberian sticker petunjuk cara pengaturan mold. Petunjuk tersebut ditempel pada mesin stamping. Dengan adanya petunjuk tersebut operator baru yang belum bisa mengatur mold, dapat melakukan pengaturan mold yang kurang sesuai agar produksi dapat berjalan normal kembali. Rekomendasi perbaikan kedua yaitu perbaikan pada after process dari mesin stamping karena manajemen belum memungkinkan untuk mengganti mesin. After process dari mesin stamping yaitu aktivitas dari operator sortir dengan melakukan analisis beban kerja yang diterima oleh operator dengan menggunakan pengukuran stopwatch time study. Hasil dari perhitungan analisis beban kerja diperoleh nilai sebesar 119.1%. Dari nilai tersebut masih tergolong besar, sehingga dilakukan penambahan operator sebanyak 1 orang. Nilai beban kerja baru dari 2 operator sebesar 59.5%. Oleh karena itu, perlu penambahan operator sebanyak 1 orang.