Pengaruh Jenis Pelarut Dan Jumlah Siklus Ekstraksi Terhadap Komposisi Dan Daya Antibakteri Ekstrak Ketumbar (Coriander Sativum Linn) Pada Staphylococcus Aureus

Main Author: Anggara, M. Rifqi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/8794/
Daftar Isi:
  • Tumbuhan ketumbar (Coriandrum sativum Linn) khususnya pada bagian biji dimanfaatkan sebagai bahan penghasil minyak atsiri. Ekstraksi minyak ketumbar perlu memperhatikan jenis pelarut dan jumlah siklus yang digunakan karena variabel yang berbeda akan menghasilkan komposisi dan daya antibakteri yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap komposisi dan daya antibakteri ekstrak biji ketumbar yang diekstraksi pada berbagai siklus. Proses ekstraksi diselesaikan dalam serangkaian alat extraktor soxhlet yang dilengkapi dengan heating mantle dan kondensor. Pretreatment biji ketumbar adalah pengecilan ukuran menggunakan blender dan discreening hingga ukuran 16 mesh. Proses ekstraksi berlangsung pada temperatur titik didih pelarut air dan n-heksana dengan variasi siklus 4, 6, 8, dan 10. Hasil ekstraksi dipisahkan dari pelarut menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak atau minyak ketumbar. Uji antibakteri ekstrak ketumbar dilakukan pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi kertas cakram. Uji antibakteri diamati berdasarkan ukuran diameter zona hambatnya. Komposisi mayor ekstrak ketumbar menggunakan pelarut n-heksana pada siklus 4, 6, 8, dan 10 antara lain linalool, champor, geraniol dan senyawa minor antara lain beta-ocimene, beta-myrcene, limonene, gamma-terpinene, p-cymene, dan alpha-terpineol. Pada pembacaan spektra IR, komposisi ekstrak ketumbar mengunakan pelarut air pada siklus 4, 6, 8, dan 10 antara lain gugus fungsi O-H alkohol hidrogen, C-H alkana, C=O ester, N-H amina, dan C=C cincin aromatik sedangkan komposisi ekstrak ketumbar menggunakan pelarut n-heksana pada siklus 4, 6, 8, dan 10 antara lain gugus fungsi O-H asam karboksilat monomer, O-H alkohol hidrogen, C-H alkana, dan C=O ester. Diameter zona hambat Staphylococcus aureus oleh ekstrak ketumbar pada siklus 4, 6, 8, dan 10 menggunakan pelarut air berturut-turut adalah 11,4 mm, 13,8 mm, 12,3 mm, dan 9,6 mm sedangkan dengan pelarut n-heksana berturut-turut adalah 18,4 mm, 15,3 mm, 16,1 mm, dan 18,9 mm. Berdasarkan klasifikasi respon bakteri maka ekstrak ketumbar dengan pelarut n-heksana memiliki daya antibakteri Staphylococcus aureus lebih efektif daripada ekstrak biji ketumbar dengan pelarut air.