Pemaknaan Penonton Remaja Perempuan Indonesia Atas Iklan Clean & Clear Episode ‘Mine-Mine-Mine’
Main Author: | Qorirah, Fadhila |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/8710/ |
Daftar Isi:
- Iklan dari produk perawatan dan kecantikan kulit mudah menarik hati para penonton perempuan. Lewat bantuan media massa, iklan produk perawatan dan kecantikan kulit tidak hanya membuat penonton untuk membeli produk yang dipasarkan, tetapi juga dapat membuat konstruksi standarisasi cantik di masyarakat. Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai imperialisme memiliki campur tangan yang kuat pada iklan produk perawatan dan kecantikan kulit di Indonesia. Sehingga standarisasi cantik yang ditawarkan imperialisme telah masuk kedalam benak masyarakat. Hampir semua iklan produk perawatan dan kecantikan kulit di Indonesia cenderung untuk menggunakan kata putih bersih sebagai simbol dari kecantikan itu sendiri. dengan menawarkan janji bahwa lewat penggunaan produk tersebut, konsumen akan memiliki warna kulit yang lebih putih, agar terlihat lebih menarik. Hal ini tentu saja merupakan sebuah kemunduran yang terjadi di Indonesia, dikarenakan Indonesia merupakan sebuah Negara yang kaya dengan 300 suku bangsa dan etnis yang dimiliki, tentu saja menciptakan warna kulit yang berbeda dari yang dimiliki oleh Ras Kaukasia. Namun pada tahun 2017, brand Clean & Clear mengunggah sebuah iklan yang berusaha mendobrak stigma mengenai konsep kecantikan di Indonesia yang telah tercampur oleh nilai-nilai imperialisme dengan menggunakan #IAMBRIGHT, sebagai simbol agar perempuan di Indonesia dapat bangga dengan warna kulit alaminya masingmasing. Penelitian ini ingin menggali lebih dalam mengenai pemaknaan yang diterima oleh penonton perempuan di Indonesia dengan menggunakan metode Resepsi Analisis. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini ialah (1) Remaja perempuan Indonesia memiliki konstruk mainstream atas konsep cantik yang dipengaruhi mayoritas oleh pandangan media maupun pandangan masyarakat, dan (2) Iklan yang dekat dengan dimensi budaya remaja perempuan menimbulkan pemaknaan yang lebih sesuai dengan tujuan awal pengiklan.