Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Bekicot (Achatina fulica) Dalam Pakan Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan Dan Umur Pertama Kali Bertelur Pada Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Main Author: Utama, Fadya Rismana Mei Surya
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/8512/
Daftar Isi:
  • Bekicot sejak dulu dianggap sebagai hama tanaman tapi seiring perkembangan zaman masyarakat sudah mulai mengetahui manfaat dari produk bekicot seperti dimanfaatkan untuk pakan ternak itik, ayam. Bekicot termasuk dalam golongan binatang lunak dan coelom tanpa segmen yang disebut mollusca. Bekicot termasuk dalam kelas gastropoda dengan badan ditutupi oleh cangkang tepung bekicot sebagai sumber calsium. Penelitian dilaksanakan di peternakan rakyat milik Bapak Iskandar yang berlokasi di Jalan Sentana RT.01/RW.02 Dusun Bunder, Desa Ampeldento, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang, Jaawa Timur. Penelitian ini dimulai pada bulan 4 Mei 2017 hingga 28 Juni 2017. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penambahan penggunaan tepung cangkang bekicot terhadap performa produksi burung puyuh seperti konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan umur pertama kali bertelur. Hasil dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang tingkat penambahan penggunaan tepung cangkang bekicot terhadap performa produksi pada burung puyuh yang diharapkan selanjutnya dapat digunakan sebagai pakan burung puyuh. Materi yang digunakan adalah burung puyuh jenis (Coturnix coturnix japonica) berumur 14 hari sebanyak 75 ekor yang berasal dari kota Pare Kediri dan dipelihara selama satu bulan atau sampai burung puyuh bertelur pertama kali. Penelitian ini menggunakan metode percobaan yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan di analisis dengan menggunakan ANOVA. Setiap perlakuan menggunakan 4 ulangan sehingga didapatkan 24 unit kandang percobaan dengan masing-masing unit percobaan terdiri dari 3 ekor puyuh betina. Variabel yang di amati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan umur pertama kali bertelur. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung cangkang bekicot tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadaap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan maupun umur pertama kali bertelur. Walaupun tidak ada perbedaan yang nyata pada penelitian ini perlakuan paling tinggi terhadap konsumsi pakan pada perlakuan P1 110,36±2,04 g/ekor/minggu, kemudian P2 108,76±1,94 g/ekor/minggu dan yang terendah pada P3 108,46±1,92 g/ekor/minggu. Pada pertambahan bobot badan perlakuan tertinggi pada P2 sebesar 28,90±6,21 g/ekor/minggu dilanjut P1 28,21±5,28 g/ekor/minggu dan yang terendah pada P3 27,46±5,14 g/ekor/mingu. Konversi pakan hasil tertinggi di peroleh pada P2 yaitu 3,77±0,23 g/ekor/minggu dilanjut pada P1 3,91±0,06 g/ekor/minggu dan terakhir P3 3,95±0,03 g/ekor/minggu. Umur pertama kali bertelur paling cepat bertelur pada perlakuan P2 44,33±1,67 hari dan di lanjut pada P1 44,83±1,56 hari dan terlama P3 45,67±1,22 hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian tepung cangkang bekicot sebagai tambahan ransum tidak mempengaruhi terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan umur pertama kali bertelur. Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pemberian tepung cangkang bekicot dengan perlakuan yang lebih rendan.