Penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM) Ii Sebagai Penentuan Kebijakan Sistem Perawatan Mesin Leepack Hot Filling (Studi Kasus Di PT. Heinz Abc Indonesia Pasuruan)
Main Author: | Rosyadi, Aqil Imanullah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/8453/ |
Daftar Isi:
- PT Heinz ABC Indonesia Pasuruan merupakan salah satu perusahaan dibidang industri pangan dengan produk unggulan sirup dan kecap yang menerapkan sistem perawatan mesin dan peralatan produksi untuk meminimalisir kerusakan. Downtime di beberapa mesin yang ada di perusahaan masih tinggi karena sistem perawatan mesin yang kurang optimal. Permasalahan ini akan berdampak pada usia dan keandalan mesin sehingga biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pergantian mesin dan komponen akan semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sistem manajemen perawatan mesin yang sedang diterapkan oleh perusahaan, mengetahui mesin dan komponen kritis yang paling sering mengalami breakdown, menentukan interval perawatan optimal dari komponen kritis dan menentukan kegiatan perawatan mesin dan komponen kritis yang efektif menggunakan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) II. Metode perawatan dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) II digunakan untuk menentukan interval perawatan dan jenis tindakan perawatan. Metode ini dapat memberikan informasi kepada perusahaan untuk menentukaan tindakan perawatan yang sesuai menggunakan RCM II decision diagram dan RCM II decision worksheet. Data yang digunakan adalah data historis kerusakan mesin periode produksi Januari – Desember 2016 dan data primer penyebab kerusakan dan efek kegagalan berdasarkan hasil wawancara line leader dan supervisor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen perawatan yang diterapkan perusahaan adalah Total Productive Maintenance (TPM). Mesin dengan downtime tertinggi adalah mesin leepack hot filling dengan komponen kritis viii yaitu servo, heater, dan gripper dengan downtime masing-masing 87,9 jam, 78,41 jam dan 74,93 jam. Data Time to Failure (TTF) dan Time to Repair (TTR) komponen berdistribusi weibull. Untuk mengurangi downtime dan meningkatkan keandalan komponen dilakukan perhitungan interval perawatan optimal (TM) dengan hasil TM untuk servo 562,18 jam, untuk heater 400,72 jam dan gripper 349,18 jam. Jenis tindakan perawatan untuk ketiga komponen berdasarkan RCM II decision worksheet yaitu scheduled on-condition task dengan cara melakukan pemeriksaan kegagalan potensial pada komponen setiap interval waktu perawatan optimal. Hal tersebut akan menghasilkan Total Cost (TC) yang lebih kecil dibandingkan sebelum penerapan interval perawatan optimal yaitu Rp.50.205.185,35 menjadi Rp.10.704.136,93 untuk servo, Rp.44.170.847,17 menjadi Rp.2.620.232,05 untuk heater dan Rp.39.165.110,65 menjadi Rp.9.430.000,02 untuk gripper. Perusahaan diharapkan lebih memperhatikan aspek komponen kritis dari mesin yang memiliki downtime tertinggi serta merekap secara jelas data kerusakan komponen. untuk mendapatkan produktivitas yang lebih baik dan memperkecil pengeluaran biaya.