Analisis Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Kurisi (Nemipterus Nematophorus) Yang Di Tangkap Di Perairan Masalembu Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Lamongan, Jawa Timur

Main Author: Hutami, Viena Annisa Firdauzy
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/8073/
Daftar Isi:
  • Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) termasuk jenis ikan demersal, terkadang membentuk gerombolan hidup, terutama pada daerah perairan pantai dengan dasar lunak seperti pasir dengan sedikit lumpur.Termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan makrofauna lainnya. Dulunya ikan kurisi (N. Nematophorus) merupakan hasil samping (by-catch) dari alat trawl. Di wilayah Utara Jawa, ikan ini sering tertangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat jaring tarik (beach seine).Ikan ini bisa mencapai panjang 20 cm, tetapi umumnya tertangkap pada ukuran 15 cm. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi lestari sumberdaya ikan kuniran di perairan Lamongan, mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan kuniran, serta menentukan strategi pengelolaan sumberdaya ikan kuniran di perairan Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Analisis keberlanjutan ekologi yang digunakan adalah model surplus produksi melalui pendekatan equilibrium state model yaitu Schaefer Fox dan non equilibrium state modelyaitu Walter Hilborn. Jenis alat tangkap yang dominan menangkap ikan kurisi di Perairan Lamongan adalah alat tangkap dogol. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis model surplus produksi ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) didapatkan hasil R square tertinggi pada model Fox yaitu sebesar 95%. Nilai F test sebesar 1,0792E-06 dan nilai R square di regresi sebesar 0.95521 berarti 95%, perubahan dari effort dipengaruhi oleh perubahan nilai CpUE. Sedangkan 5% perubahannya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sehingga model paling cocok digunakan untuk pengelolaan sumberdaya berkelanjutan adalah model Fox. Sehingga diperoleh nilai Fmsy sebesar 3.975 trip/tahun, nilai Ymsy sebesar 10.755,75 ton/tahun dan JTB sebesar 8.605 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 99% pada status fully exploited. Jika penangkapan dilakukan terus menerus maka akan terjadi penurunan stok. Sehingga diperlukannya pengendalian upaya penangkapan ikan serta penentuan jumlah unit penangkapan ikan yang diperbolehkan.