Hubungan Antara Kerapatan Vegetasi Dan Tekstur Tanah Dengan Laju Infiltrasi Di Das Rejoso – Pasuruan
Main Author: | Marulani, Fitri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/7843/ |
Daftar Isi:
- Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso merupakan salah satu dari empat DAS besar di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Bagian hulu sungai Rejoso adalah lereng utara pegunungan Tengger bermuara di Pantai Utara Rejoso. DAS Rejoso memiliki keragaman tekstur tanah, hidrologi, dan penggunaan lahan. Tekstur tanah DAS Rejoso dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Bromo menyebabkan sebaran tekstur dari hulu sampai hilir menjadi kasar sampai halus. Selain itu kegiatan intervensi manusia seperti penggunaan lahan dibidang pertanian juga semakin tinggi dan beragam. Keberagaman tersebut menyebabkan ruang pori (makro, meso, dan mikro) berubah, sehingga laju infiltrasi pada setiap keberagaman tersebut akan berbeda. Hal ini akan berdampak terhadap tangkapan air di DAS Rejoso yang akan dimanfaatkan sebagai fungsi hidrologi juga akan berbeda. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi hubungan antara kerapatan vegetasi penutup tanah dengan laju infiltrasi pada Latosol dan Andosol di DAS Rejoso. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2017 di DAS Rejoso yang terletak di Kecamatan Tutur, Pasrepan, Puspo, dan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan di Latosol dan Andosol pada 5 plot dengan ulangan sebanyak 9 kali, serta di Kaldera Pegunungan Tengger yaitu, savana, semak belukar, dan lautan pasing masing-masing 3 ulangan. Adapun parameter pengamatan lainnya adalah tekstur tanah, berat isi tanah, berat jenis tanah, pori makro, meso dan mikro, serta kadar air awal. Hasil analisis tanah kemudian dilakukan uji statistik regresi dan korelasi menggunakan aplikasi microsoft excel. Hasil penelitian menunjukkan laju infiltrasi sangat beragam yaitu dari kategori sangat cepat hingga agak lambat. Laju infiltrasi terendah di Andosol plot 4 dan 5 yaitu sebesar 81 cm.hr -1 pada lahan tanaman semusim dan bero. Kedua plot merupakan bekas hutan produksi pinus yang baru dibuka 1 tahun terakhir dengan tekstur tanah lempung liat berdebu dan lempung berdebu. Sedangkan di Latosol laju infiltrasi terendah sebesar 5 cm.hr -1di plot 4 lahan tanaman semusim dengan tekstur tanah liat, serta terdapat lumut di permukaan tanah yang mampu menghambat laju infiltrasi. Laju infiltrasi tertinggi di Andosol terdapat di plot 3 rata-rata 116 cm.hr -1 (48 – 216 cm.hr -1) dengan tekstur tanah lempung berpasir, sedangkan di Latosol pada plot 1 rata-rata 106 cm.hr -1 (42 – 180 cm.hr -1) dengan tekstur tanah lempung liat berdebu. Dibandingkan kedua jenis tanah tersebut laju infiltrasi di Andosol lebih tinggi daripada di Latosol. Laju infiltrasi tertinggi di Latosol terdapat di lahan hutan produksi pinus dan mahoni yang memiliki nilai LBD (Luas Bidang Dasar), kanopi, biomassa seresah dan understorey paling tinggi. Berbeda halnya di Andosol plot 3 di lahan tanaman semusim yang mana nilai LBD, kanopi, biomassa seresah dan understorey bukan yang tertinggi, tetapi tekstur tanahnya banyak mengandung pasir dibandingkan yang lainnya.