Pengaruh Umur Panen Dan Waktu Curing Terhadap Viabilitas Benih Terung (Solanum melongena L.)

Main Author: Noviana, Irma
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7806/
Daftar Isi:
  • Terung merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan kesadaran untuk hidup sehat berdampak terhadap peningkatan konsumsi sayuran termasuk terung. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produksi terung di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 557.040 ton dan tahun 2013 yaitu 545.646 ton, mengalami kenaikan dari tahun 2013-2014. Benih bermutu tidak terlepas dari rangkaian kegiatan teknologi benih yaitu mulai dari produksi benih, pengolahan benih, pengujian benih, sertifikasi benih sampai penyimpanan benih. Benih yang disimpan perlu diuji viabilitasnya untuk mengetahui keberhasilan tanam. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis benih yang akan dipanen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan buah serta penanganan pasca panen seperti waktu curing. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu dilakukan kegiatan untuk menentukan umur panen dan waktu curing yang tepat terhadap viabilitas benih terung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui umur masak fisiologis benih terung (Solanum melongena L.) yang menghasilkan benih bermutu, mengetahui waktu curing yang tepat pada penanganan pasca panen produksi benih terung yang menghasilkan benih bermutu, serta mengetahui interaksi umur panen dan waktu curing terhadap mutu benih terung. Hipotesis dari penelitian ini adalah umur panen paling baik mampu meningkatkan mutu benih terung, waktu curing tertentu mampu meningkatkan mutu benih terung, serta terdapat interaksi antara umur panen dan waktu curing terhadap mutu benih yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Agustus 2017. Penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu penanaman di lahan (umur panen dan waktu curing) serta analisis uji viabilitas benih yang dilaksanakan di PT. BISI International, Tbk Farm Karangploso, Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, faktor pertama yaitu umur panen (P) terdiri 4 umur panen yaitu 50 HSP (Hari Setelah Polinasi) (P1), 55 HSP (P2), 60 HSP (P3) dan 65 HSP (P4). Faktor kedua waktu curing (C) terdiri dari 4 waktu curing yaitu 0 hari/tanpa disimpan (C0), 2 hari (C1), 4 hari (C2), dan 6 hari (C3), sehingga didapatkan 16 kombinasi perlakuan. Masingmasing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Alat yang digunakan antara lain pinset, label, staples, alat tulis, timbangan analitik, ember, kamera, nampan, penggaris, karung, electric moisture meter, centrifuge, cool room, dryer. Bahan yang digunakan yaitu benih tetua jantan (EP1010B) dan tetua betina (EP1010A) untuk ditanam, benih hasil persilangan tetua jantan dan betina (EP1010), pupuk NPK, KCl, SP36, ZA, kertas sungkup polinasi, benang, pestisida, plastic clip, label. Percobaan di ruangan (untuk waktu curing) menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dua faktor. Pengamatan yang dilakukan meliputi variabel mutu fisik dan fisiologis benih yang terdiri dari, rendemen benih (%), ii berat benih per buah (g), bobot 1000 butir (g), kadar air benih (%), daya berkecambah benih (%) dan tinggi bibit (cm). Data yang didapatkan dari hasil pengamatan selanjutnya dilakukan analisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dengan taraf 5%. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh mutu fisik dan fisiologi benih dari aplikasi umur panen dan waktu curing. Mutu benih dibagi menjadi 2 yaitu mutu fisik (rendemen benih, berat benih per buah, bobot 1000 butir, kadar air dan tinggi bibit) dan mutu fisiologis (daya berkecambah). Perlakuan terbaik variabel rendemen benih dan berat benih per buah pada umur panen 60 HSP dicuring selama 6 hari (P3C3). Perlakuan terbaik variabel bobot 1000 butir pada umur panen 60 HSP di-curing selama 0 hari (P3C0) dan 4 hari (P3C2). Perlakuan terbaik variabel kadar air dan daya berkecambah pada umur panen 55 HSP dicuring selama 6 hari (P2C3) dan perlakuan terbaik variabel tinggi bibit pada umur panen 50 HSP di-curing selama 6 hari (P1C3). Terdapat interaksi umur panen dan waktu curing yang diberikan terhadap variabel rendemen benih, berat benih per buah, bobot 1000 butir, kadar air, daya berkecambah dan tinggi bibit pada benih terung. Perlakuan terbaik terhadap mutu fisiologi benih terung yaitu daya berkecambah benih terdapat pada umur panen 55 HSP dengan waktu curing 6 hari (P2C3) sebesar 89%.