Daftar Isi:
  • Disparitas harga cabai rawit di Jawa Timur antara harga pada produsen dan konsumen sangat tinggi bahkan bisa mencapai 6 kali lipat. Hal tersebut dapat terjadi karena pola musim tanam dan rantai pemasaran yang cukup panjang. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam mendistribusikan cabai rawit cukup banyak untuk sampai ke tangan konsumen. Analisis integrasi pasar dilakukan agar dapat diketahui hubungan antar pasar dan seberapa spesifik pasar bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui integrasi pasar cabai rawit di Jawa Timur yang terjadi antara pasar produsen (petani) dengan pasar pedagang besar, pasar pedagang besar dengan pasar konsumen,dan pasar produsen (petani) dengan pasar konsumen. Data yang digunakan adalah data time series harga bulanan cabai rawit di Jawa Timur. Data yang digunakan meliputi harga di pasar produsen (petani), pedagang besar dan konsumen (Rp/Kg) selama periode waktu 5 tahun dari tahun 2011 hingga 2015. Analisis integrasi pasar dilakukan menggunakan uji stasioneritas, uji kointegrasi, error correction model (ECM) dan uji kausalitas granger. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya integrasi pasar antara produsen (petani) dengan pedagang besar, pedagang besar dengan konsumen dan produsen (petani) dengan konsumen. hubungan jangka panjang yang terjadi searah karena hasil uji kointegrasi memiliki angka yang signifikan pada semua hubungan antar pasar. hubungan yang searah menandakan bahwa harga pasar dalam jangka panjang bergerak saling menguatkan. Hubungan jangka pendek yang terjadi pada semua tingkat pasar bergerak saling menjauhi garis keseimbangan. Hal tersebut ditunjukkan pada hubungan kedua pasar memiliki perubahan harga yang berbeda. Jika terjadi kenaikan harga dipasar pedagang besar sebesar Rp. 1000,00 maka hanya akan menyebabkan kenaikan harga di pasar produsen (petani) sebesar Rp. 418,2. Jika terjadi kenaikan harga dipasar konsumen Rp. 1000,00 maka akan menyebabkan kenaikan harga di pasar pedagang besar sebesar Rp. 690,7. Jika terjadi kenaikan harga dipasar konsumen sebesar Rp. 1000,00 maka akan menyebabkan kenaikan harga di pasar produsen (petani) hanya sebesar Rp. 81,6. Pada umumnya, kekuasaan penentu harga berada pada Bandar (pedagang besar) sehingga petani terlalu mematok harga. Informasi harga pasaran yang diterima oleh petani dan pedagang pengecer (pasar konsumen) kebanyakan berasal dari pedagang besar bukan konsumen langsung atau petani langsung sehingga penyesuaian harga menuju keseimbangan lama. Saran yang diajukan penulis adalah peran aktif pemerintah dalam memberdayakan petani cabai rawit sehingga petani tidak menjadi korban permainan harga oleh pedagang besar dengan cara memberikan solusi budaya cabai rawit dan pemasaran cabai rawit yang lebih efisien. Selain itu, Penelitian integrasi pasar cabai rawit di Jawa Timur perlu dilakukan lebih lanjut untuk menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi integrasi pasar cabai rawit di Jawa Timur.